Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Humor Sufi: Menggugat Sang Pencipta?

11 Februari 2022   21:48 Diperbarui: 11 Februari 2022   21:49 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Komunikasi yang didominasi dengan bentuk permintaan kepada Sang Pencipta yang biasa disebut dengan doa dilakukan agar diri terbebas atau keluar dari peristiwa yang membebani dalam perjalanan di kehidupan ini.  Memang tidak salah ketika diri kita berdoa dan mungkin tidak dilarang dalam Ajaran, karena berdoa adalah ujud  abdi dalam berkomunikasi menyampaikan berita perjalanan dan bukan sebuah bentuk keluh kesah dan ratapan diri kepada Sang Pencipta.  

Namun ketika melakukan semua ratapan seharusnya bukan sebuah bentuk "penggugatan kepada Sang Pencipta" karena dihadapkan dengan sesuatu yang "tidak enak" dan harus dijalani.   Tapi karena pemahaman yang dimiliki diri kita di dominasi dengan pengetahuan yang sebatas itu maka bentuk komunikasi yang seharusnya terjadi antara diri kita dengan Sang Pencipta berubah makna dan hakekatnya.

Doa wujud keseimbangan

Rasionalitas dan logika manusia mungkin berpikir menyampaikan doa adalah wujud sebuah komunikasi diri  dengan Sang Pencipta.  Doa bertujuan agar diri kita dipermudah dan diberi jalan yang terbaik dalam menjalani sebuah kehidupan di dunia ini.  Namun kadang kala ungkapan doa yang disampaikan adalah bentuk penggugatan diri terhadap Sang Pencipta.

Mengapa doa dikatakan sebagai bentuk penggugatan diri kepada Sang Pencipta?  Karena kandungan dari doa merupakan upaya diri agar terlepas dari peristiwa tidak enak yang sedang dialami supaya dipercepat untuk keluar dari hal tersebut.  Sehingga kata kata tersebut bukan sebuah bentuk komunikasi melainkan bentuk ketidakterimaan atas sesuatu yang memang harus dijalani.

Perbuatan ini akibat diri tidak pernah mau memahami makna penciptaan sebagai makhluk yang sempurna.  Dikatakan sebagai makhluk yang sempurna karena diri kita memiliki indra, Raga (Ruhani dan jasmani), bekal dan Buku Panduan Perjalanan yang komplit untuk perjalanan di dunia ini.  

Hal hal ini diberikan dalam bentuk keseimbangan kehidupan yang harus dijaga dan dilaksanakan dalam perjalanan kehidupan di dunia ini.  Akibatnya di dalam perjalanan di dunia ini selalu menemukan pasangan-pasangan untuk menjaga keseimbangan alam semesta.  

"Peristiwa yang tidak enak" merupakan pasangan dari "peristiwa yang enak" dan dua hal tersebut adalah bentuk keseimbangan kehidupan agar diri mampu berjalan dengan lurus di kehidupan di dunia.  Maka ketika menghadapi ketidakenakan tersebut bukan meminta untuk dipercepat atau dipersingkat namun sebagai manusia diri harus menghadapi dan menjalani dengan penuh keikhlasan untuk mencapai titik keseimbangan.

Menjauhi Sifat Menggugat Sang Pencipta

Pemahaman umum yang terjadi adalah kebiasaan diri yang selalu menyampaikan penyingkatan waktu atau diringankan atas "ketidakenakan" akibat peritiwa yang kering tersebut dan dianggap sebagai bekal dalam kehidupan di dunia ini.  Pemahaman ini hal yang biasa akibat diri selalu berorientasi pada fisik/materi semata.

Padahal seharusnya pemahaman yang menjadi basis dari pengetahuan seharusnya selalu menyertakan dua hal yaitu hal yang bersifat fisik /material dan non fisik/spriritual/religuitas.  Hasil dari pemahaman yang komplit ini akan menimbulkan pengetahuan yang selalu mengedepankan keseimbangan kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun