Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Humor Sufi: Memahami "Teori Tindakan" dalam Berprofesi?

20 Desember 2021   22:13 Diperbarui: 20 Desember 2021   23:11 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Semua manusia adalah seorang penyanyi, Yang bersuara buruk maupun baik, Dan yang tak memiliki hati maka bukanlah seorang penyanyi, Karena bernyanyi akan elok jika keluar dari penghayatan di hati 

Kemajuan peradaban manusia berkembang semakin pesat dan didukung oleh perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih, maka di heran bagaimana kehidupan diri harus beradaptasi dengan kondisi tersebut.  Ketika diri mampu beradaptasi maka diri mampu melakukan tindakan yang benar, akan tetapi ketika diri tak mampu mengikuti arus perkembangan menjadikan diri tersesat dalam tindakan yang kurang benar.

Suatu misal diri dalam bekerja seharusnya menjalankan profesi, namun realita yang dikerjakan bukan profesi yang dikerjakan melainkan keinginan yang ingin diraih dari diri mengerjakan aktivitas tindakan tersebut (baca: Bekerja untuk profesi/prestasi). Dampak dari diri yang mendapatkan hasil "baik" ketika diri lepas dari unsur aktivitas profesi karena memiliki tujuan lain yang ingin dicapainya.

Contoh lain yang sekarang mungkin masih hangat di telinga kita banyaknya orang yang berprofesi bagus dan harusnya menjadi tauladan dalam kehidupan namun realita nya banyak oknum yang menyalah gunakan aktivitasnya.  Akibatnya sangat mencoreng dan mengurangi kredibilitas profesinya. 

Sungguh sangat disayangkan jika diri kita dalam bertindak dalam beraktivitas hanya sekedar menggugurkan kewajiban karena diri dalam bertindak bukan karena menjunjung nilai profesi namun sekedar untuk ambisi dan popularitas diri saja.  Ketika berbicara masalah tindakan maka pasti diri akan mengartikan sebagai bentuk aktivitas jasmani/lahir dalam kehidupan sehari-hari.  

Akar dari kehidupan manusia adalah aspek tindakan yang muncul bukan dari jasmani tapi dari diri (rumah manusia) itu sendiri.  Diri (rumah manusia) itu bukan dalam arti bangunan megah yang ditinggali namun merupakan sebuah unsur ruhaniah yang ada dalam tubuh manusia yang selalu mempengaruhi niat dalam beraktivitas.

Untuk itu perlu sekiranya diri untuk meluruskan pemahaman tentang masalah aktivitas atau tindakan dalam kehidupan.  Harapan dari pemahaman yang benar mengenai teori tindakan dapat digunakan sebagai pijakan untuk beraktivitas dan bermusafir di kehidupan di dunia ini.

Mengenal Teori Tindakan

Banyak teori-teori modern yang berhubungan dengan teori tindakan misalnya Theory of Planned Behaviour (TPB) atau Theory of Reaction Action (TRA).  Teori-teori ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi bagaimana tindakan diri manusia itu muncul.  Karena setiap tindakan itu memiliki alasan atau rencana sesuai dengan tujuan dari aktivitas yang direncanakan.

 Semua teori-teori tersebut memang sebuah penjelasan yang logis dari alasan mengapa seorang melakukan aktivitas sebuah tindakan.  Namun ketika diri melihat hasil yang diharapkan tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan mungkin dijawab dengan alasan yang simple.  

Padahal kita mungkin tahu bahwa seorang petani menanam padi tidak mungkin hasilnya selalu bagus.  Ketidak bagusan ini karena ada "faktor lain" yang merupakan campur tangan dari Sang Pencipta.  Dan faktor ke ikut sertaan Sang Pencipta yang mempengaruhi hasil panen bukan merupakan hubungan sebab akibat tapi merupakan keputusan prerogatif NYA.

Ketidakmauan atau ketidakmampuan diri dalam menghubungkan hal yang demikian mungkin bukan di masukkan sebagai faktor ilmiah dalam sebuah kajian teori.  Akan tetapi yang demikian merupakan hal utama dan faktor alamiah dalam kehidupan diri manusia di kehidupan dunia ini.  

Hal ini mungkin diakibatkan pemahaman diri tentang ilmu yang ada sekarang lebih condong pada rasionalitas yang didasarkan atas logical thingking dan berdampak pada kepercayaan akan hukum sebab akibat.  Sehingga masalah campur tangan Sang Pencipta akan adalah sebuah takdir dari Sang Pencipta (bersifat spiritual/religuitas) yang malah akan mengganggu kebebasan dalam beraktivitas diri manusia.

Maka ketika sesuatu dihubungkan dengan hal yang non ilmiah diri akan dengan cepat memberikan argumen itu bukan alasan bahwa hasil dipengaruhi oleh tindakan non teknis manusia.  Argumen seperti ini hal yang biasa kita dengar dan akan selalu menjadi alasan pembenaran atas pemahaman yang diyakininya.

Apakah orientasi diri akan selalu bersifat ilmiah dalam kehidupan di dunia ini dan tabu ketika di dekatkan dengan hal yang bersifat alamiah?  

Untuk menjawab hal pertanyaan seperti ini bagi seorang awan seperti diri pasti akan dengan mudah menjawab hidup ini tidak hanya ilmiah namun juga alamiah.  Karena bahwa dua hal ini seperti memiliki hubungan kasualitas.  Ilmiah pun juga berasal dari alamiah (induktif) atau dan ilmiah adalah untuk membuktikan sebuah fenomena yang terjadi alamiah dengan teori yang ilmiah (deduktif).

Namun bagi yang selalu berpegang pada prinsip ilmiah pasti akan menjawab hidup itu harus bisa dipikirkan dengan logika.  Dan akan menjadi sebuah ilmu yang bermanfaat ketika fenomena bisa dijelaskan dengan ilmiah.  Kekerasan dalam memegang prinsip ini bukan tanpa dasar,  karena dasar pemahaman yang dimiliki adalah logika rasional yang dapat dibuktikan dengan bukti yang nampak dan bisa digeneralisasi (berlaku umum).

Tidak perlu diri memperdebatkan hal ini (masalah ilmiah atau alamiah) tentang ilmu atau pemahaman yang dimiliki oleh orang lain.  Karena diri hanya sekedar mengingatkan kembali perlu adanya keseimbangan antara ilmiah dan alamiah.  Ketika keseimbangan ini terjadi maka segala aktivitas atau tindakan yang dikerjakan dalam menjalankan profesi sehari-hari akan menghasilkan output yang maksimal (dalam ukuran keikhlasan/kepatuhan).

Mengenal Teori Tindakan dalam Berprofesi

Teori tindakan yang baik ini bukan merupakan sebuah  dekonstruksi atas pemahaman-pemahaman teori-teori yang selama ini berkembang dan diakui sampai saat ini.  Namun hanya sekedar wacana dan pemahaman baru mengenai bagaimana tentang teori tindakan yang sebenarnya sebagai dasar diri manusia dalam beraktivitas.

Teori tindakan yang baik ini tidak seperti apa yang dipahami selama ini karena tindakan dalam beraktivitas bukanlah sebuah aksiden. Aksiden adalah dampak dari tindakan.  Maka aktivitas sholat dan puasa walaupun dilakukan secara jasmaniah (walaupun sebuah tindakan dalam pemahaman umum) bukanlah hakekat dari tindakan itu sendiri.

Sebagai sebuah ilustrasi orang melakukan sholat dan puasa bukanlah sebuah tindakan.  Kedua aktivitas itu adalah sebuah aksiden yang muncul dari tindakan "hati" manusia.  Maka teori tindakan yang baik adalah mengajak diri untuk mengkaji "hati/rumah" manusia itu sendiri.

Ketika diri tidak memahami hal ini maka kehadiran "rumah" yang merupakan hal inti dari tindakan akan hilang.  Akibatnya esensi dari tindakan tidak akan menghasilkan sebuah keseimbangan untuk diri manusia itu sendiri.

Sehingga mungkin tindakan/ profesi yang baik (jika dilihat dari fisik) namun ternyata esensi tindakan atau profesionalitasnya tidak ada sehingga bukan kebaikan yang menjadi hasilnya melainkan sebagai duri dalam daging tindakan/profesi itu.  Ini terjadi karena "rumah" masih belum muncul atau dalam kondisi gelap.

Dan kebanyakan tindakan yang dilakukan hanya didasarkan oleh Indra (Pikir, Rasa, Ingin) tanpa as penggerak yang di gunakan untuk penyeimbang.  Indra itulah yang nantinya akan memberikan output pada perilaku diri dalam beraktivitas di dalam kehidupan sehari hari.

Dominasi Pikir maka akan berdampak diri dalam beraktivitas hanya di motivasi oleh perhitungan material yang bersifat fisik.  Ketika keuntungan diperoleh maka akan dilakukan dan jika di hitung mengalami kerugiaan maka akan di tinggal. Karena orientasi pikir adalah logika rasional dalam mempertimbangkan untung atau rugi.

Dominasi  Rasa maka akan berdampak diri dalam beraktivitas hanya di dasarkan atas pertimbangan perasaan.  Hal ini karena sifat dasar diri manusia yang selalu diliputi dengan rasa kekhawatiran (sebagai penyakit diri).  Akibatnya diri yang demikian akan selalu beraktivitas dengan sekedar "mengikuti" arus yang kuat dan di dukung oleh orang yang banyak agar diri selamat dalam perjalanan dan tanpa beban tanggung jawab.

Dominasi Ingin maka akan berdampak diri dalam beraktivitas hanya untuk tujuan memuaskan keinginan untuk memenuhi kebutuhan perut dan bawah perut saja.  Maka aktivitas yang dilakukannya pun hanya pertimbangan untuk itu saja.

Agar diri tidak terjebak dalam dominasi indra tersebut maka harus menghadirkan "rumah" agar ketiga indra tersebut mampu disinergikan dalam sebuah sistem kerja yang baik dalam tubuh manusia.  Maka "rumah" lah sebetulnya merupakan tindakan yang menjadi dasar diri dalam setiap aktivitas kehidupan di dunia ini.

Hanya sekedar humor sufi.  Tidak ada yang membuat tertawa, namun hanya mengajak diri untuk merenung agar bisa membangun "rumah" diri yang baik

Artikel ini merupakan bagian dari bab di Buku "Teori dan Konsep Akuntansi Yang baik".  Yang insya allah terbit di tahun 2022

Terima kasih,

Magelang, 20/12/2021

Salam, KAS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun