Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Humor Sufi: Teori Keseimbangan dalam Kesibukan Kerja

12 Desember 2021   22:56 Diperbarui: 16 Desember 2021   13:46 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mengenali dirinya sendiri berarti bahwa diri mampu melakukan "anatomi" badan manusia baik secara jasmaniah dan ruhaniah.  Karena dengan mengenalinya maka tidak akan terjadi dominasi baik dominasi jasmani ataupun dominasi ruhaniah. Itulah yang disebut dengan keseimbangan kehidupan manusia.

Teori keseimbangan kehidupan ini sebuah pemahaman tentang  "kerja" manusia yang sesungguhnya.  Ibarat keseimbangan antara jasmani yang diwakili oleh indera (Mata, hidung, mulut, telinga, dan kulit) dengan indra (pikir, Perasaan, dan Keinginan) yang digerakkan oleh hati sebagai as penggerak kerja dari indra itu sendiri.

Kerja indra jasmani yang merupakan input yang memberikan informasi kepada indra ruhani.  Informasi yang masuk akan diolah dengan motor penggerak yaitu hati manusia.  Sehingga keputusan atau "kerja" manusia akan selalu selaras dengan tugas diri sebagai  makhluk yang sempurna.

Dan ketika kerja manusia sesuai dengan teori keseimbangan tersebut maka diri akan terlepas dari penjara rutinitas kehidupan sehari-hari.  Karena diri mampu "kerja" dengan baik dan mengelola waktu yang ada baik untuk bekerja maupun untuk tugas lain dalam kehidupannya.

Teori keseimbangan ini bukan melemahkan semangat kerja dalam bekerja sehari-hari.  Melainkan akan menjadikan motivasi yang lebih dalam bekerja, karena merasa bahwa bekerjanya yang seperti yang dilakukannya sehari-hari adalah bagian dari tugas untuk bermusafir di kehidupan di dunia ini.

Teori kesimbangan akan menjadikan diri menekan nafsu dan syahwat dalam bekerja yang muaranya pada kepentingan diri (materi/prestasi/popularitas).  Namun mampu menjadikan diri manusia bekerja dengan menjalankan profesinya baik sebagai karyawan/pimpinan karena kesadaran bahwa bekerja adalah tanggung jawab diri dengan Sang Pencipta.

Hanya sekedar humor sufi.  Tidak ada yang lucu dalam humor ini, namun kelucuan mungkin dari perbedaan pemahaman yang ada.

Terima kasih

Magelang, 12/12/2021

Salam, KAS

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun