Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Humor Sufi: Hidup Ini Apa yang Kau Cari Nak? (Beban/Bekal)

8 Desember 2021   20:08 Diperbarui: 8 Desember 2021   20:12 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alam semesta adalah sebuah wadah kehidupan diri manusia.  Tugas manusia adalah mengelola alam semesta ini untuk tujuan mencari bekal.  Walaupun setiap diri manusia sebelum lahir di muka ini sudah diberikan bekal oleh Sang Pencipta.  Namun realita dalam kehidupan banyak yang keliru di dalam menafsirkan bekal dan malah dalam hidup di dunia ini yang dicari adalah beban.  

Sebuah kerugian jika ini memang terjadi pada diri kita.  Banyak diri yang mengaku sudah tamat dalam baca dan sekolahnya namun mengartikan bekal kehidupan adalah beban yang harus di tanggung.  Ketika ini terjadi maka hidup laksana akan mencari zona nyaman agar semua kebutuhan untuk hidup dapat tercukupinya. 

Ide tulisan yang muncul dari diri dari melihat fenomena yang ada dan mungkin juga banyak dijumpai.  Namun fenomena tersebut mungkin hanya sekilas mampir di benak pikir diri kita tanpa mau membahas lebih dalam untuk pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. 

Fenomena tersebut adalah seringnya kita melihat suatu hal yang sebetulnya menurut nalar pikir bukan hal yang bisa diterima dengan logika material.  Logika material mengatakan berat sebuah benda tergantung pada massa benda tersebut. Sehingga semakin berat maka orang akan mengangkatnya semakin susah/sulit.

Namun hukum materialisme tersebut tidak berlaku ketika diri mengangkat sebuah jenazah yang akan dibawa ke pemakaman.  Banyak bukti orang yang mati dalam kondisi kurus kering namun kenyataannya diangkat sangatlah terasa berat, bahkan terasa 10 kali lipat dari berat badannya yang asli.  Tapi kebalikannya ada orang mati dalam kondisi yang gemuk namun terasa ringan bahkan diangkatpun untuk di hantarkan ke pemakaman terasa sangatlah ringan bahkan seperti terbang.

Fenomena ini banyak terjadi dan dirasakan oleh mereka yang mengangkat jenazah tersebut.  Namun hanya sekedar fenomena dan tak pernah mau membahas karena mungkin hal yang tabu kalau dibahas karena ini menyangkut nama baik sang mayat tersebut.  Hal ini bukan berarti di diamkan, diri membahas untuk instropeksi dan mawas diri terhadap kehidupan yang sekarang ini masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki jika memang selama ini salah dalam menafsirkan perjalanan hidup kita.

Mati Bawa Apa?

Sebuah pertanyaan yang mudah diucapkan oleh setiap manusia namun sekedar hanya sebuah pertanyaan mudah dan dijawabpun dengan jawaban yang seenaknya.  Bahkan jawaban yang adapun tidak bisa menjelaskan hakekat tujuan hidup diri kita sesungguhnya.  Hal ini kemungkinan diri tidak paham atau menganggap jawaban ini sudah tidak perlu dijawab karena pasti sudah punya bekal.

Ironis sebetulnya ketika diri hanya menjawab seperlunya atas hal itu.  Bukan tergelitik hati kita ataupun selalu sedih jika mendengar pertanyaan itu.  Kemungkinan hal ini karena diri tidak memiliki pemahaman yang cukup untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Ketika diri mau mencari jawaban tersebut seharusnya diri merenung dan memikirkan apa yang hendak kita bawa untuk mati.  Apakah hanya sekedar "kebaikan/pahala" yang mungkin dirasa sudah dikumpulkan dengan banyak? Apakah itu cukup untuk membuktikan bahwa yang kita lakukan adalah sebuah "kebaikan/pahala" yang selama ini diri perbuat?

Realita yang diri cari selama dalam aktivitas kehidupan memang mungkin sebuah kebaikan namun apa hanya seperti itu yang diperlukan untuk dibawa mati. Padahal selama ini kebaikan yang kita perbuat belum menunjukkan sebuah hakekat kebaikan karena masih memiliki sebuah pamrih dan malah mendominasi tujuan dari kebaikan itu.

Coba tengok aktivitas hidup kita selama ini, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi.  Diri beraktivitas yang semuanya mungkin dikatakan sebuah kebaikan namun ternyata mungkin bukan hakekat kebaikan.  Memang segala aktivitas adalah sebuah aktivitas tapai yang kita lakukan karena beban dalam kehidupan yang kita jalani.

Mengapa aktivitas diri katakan sebagai sebuah beban? 

Pertama, segala aktivitas hidup adalah ibarat sebuah ritual pikir yang berat yang harus dilakukan.  Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi merasakan bahwa segala aktivitas adalah barang berat yang harus dilakukan karena segala sesuatu harus sesuai dengan yang dipikirkan.  Keharusan atau kewajiban ini menjadi  beban pikir diri karena tujuan untuk memenuhi kehidupan di dunia.

Mulai dari aktivitas rumah tangga-bekerja bahkan sampai ritual peribadatan pun semata-mata bukan karena kesadaran diri karena diri hidup. Tapi merasa sebuah beban yang harus diletakkan dipunggung.  Sehingga melaksanakan itu semua hanya semata-mata memenuhi kewajiban tugas manusia di muka bumi ini.

Hal ini dikarenakan diri dalam aktivitas hanya di dominasi oleh otak (kepala)  dalam keseharian.  Dominasi inilah yang menjadikan diri dalam beraktivitas/bekerja akan keliru arah dan menjadikan diri merasa terbebani dalam kehidupan di dunia ini. 

Semua pikir yang menjadi isi yang ada di kepala ini mengumpul sebagai sebuah beban karena tidak semua akan dapat dipenuhinya.  Beban yang berkumpul dari kepala  yang tak terpenuhi atau terwujud inilah nantinya yang akan dibawa mati. 

Kedua, Segala aktivitas hidup adalah ketakutan tidak terpenuhi. Ketakutan ini mengakibatkan diri akan beraktivitas akibat dorongan agar bisa mencukupi segala kebutuhan yang ada.  Keharusan atau kewajiban dalam melaksanakan aktivitas hanya semata mata memenuhi kepuasan atau menghilangkan "rasa" yang memenjara kehidupan diri manusia.

Akibatnya seluruh aktivitas akan menjadi sukar untuk dilakukan karena diri dibebani oleh rasa was-was/kelupaan yang sudah tidak sesuai dengan kodrat sebagai manusia.  Karena perasaan tersebut mendominasi aktivitas hidup hanya sekedar menutupi ketakutan dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

Semua perasaan yang menjadi beban dan belum bisa diwujudkan akan mengumpul menjadikan diri terpenjara dalam rasa itu sendiri. Beban yang terkumpul ini akan menjadi sebuah penyakit dan nantinya akan dibawa mati.

Ketiga, Segala aktivitas hidup adalah keinginan yang harus dicukupi. Ketika diri beraktivitas dengan dasar seperti ini maka akan bertindak bagaimana mewujudkan keinginan tersebut.  Keinginan yang harus diwujudkan ini mengkibatkan diri akan bertindak diluar kontrol bahkan sering bertindak merugikan orang lain.

Dominasi keinginan perut agar dapat terpenuhi  menjadikan diri menjadi manusia yang rakus dan sering bertindak diluar batas.  Hal inilah yang sering merugikan diri sendiri dan orang lain bahkan alam semesta.  Akibatnya seluruh aktivitas diri menjadi beban harga diri karena keinginan yang ingin untuk dipenuhinya.

Semua keinginan yang terkumpul dan menjadikan prioritas diri dalam kehidupan menjadi diri manusia yang penuh ambisi untuk mencapainya.  Keinginan yang banyak ini akan terkumpul menjadi beban dan akan dibawa sampai mata.

Kesadaran diri pengubah beban menjadi bekal

Untuk menghilangkan beban-beban yang muncul ini maka dibutuhkan sebuah kesadaran diri.  Kesadaran diri dimulai dari pemahaman bahwa unsur manusia tidak hanya sekedar jasmaniah (J) dan hanya mencukupi kebutuhannya.  Melainkan ada unsur lain yang memang harus di maksimalkan sebagai tools dalam "kerja" diri sebagai manusia.

Unsur lain tersebut adalah batiniah/rohaniah (R). Unsur tersebut adalah unsur bawaan yang memang digunakan sebagai "helper" atau penyelaras dalam kerja diri sebagai manusia.  Sehingga dalam beraktivitas dua unsur menjadi "manunggal" dalam "kerja" atau aktivitas kehidupan sehari-hari.

Keseimbangan kehidupan harus diwujudkan antara dua unsur J & R tersebut jika diri mampu memahami eksistensinya.  Akibatnya diri tidak pernah merasakan dominasi dari unsur indra manusia (Kepala/perasaan/perut).  Kesadaran diri bahwa diri yang terdiri dari dua elemen ini masih sekedar wacana/pemahaman.  Tidak pernah diri bagaimana mengfungsikan kedua elemen (Jasmani & ruhani) sebagai sebuah satu kesatuan yang "manunggal" dari diri manusia untuk melakukan aktivitas kehidupan dari bangun pagi sampai tidur lagi.  

Ketika dua unsur itu dapat seimbang maka diri akan menemukan as pengerak tiga Indra tersebut yang berupa hati (qolb).  Kerja hati sebagai as maka mengakibatkan tiga indra tidak akan dominan salah satunya karena selalu berputar ibarat semua memberikan informasi kepada hati untuk membuat sebuah keputusan dalam beraktivitas.

Kerja hati yang berupa keputusan ini dimulai dari motivasi diri atau niat diri dalam menjalankan segala aktivitas atau kerja sehari-hari.  Sehingga segala hal yang dipikir-dirasa-diinginkan akan menjadi sebuah keseimbangan yang menjadi satu kesatuan untuk tugas "mengabdi".

Ketika hal ini terjadi maka beban akan berubah menjadi bekal diri, walaupun sebetulnya segala aktivitas yang dilakukan adalah sama.  Sehingga bekal akan dapat dipenuhi karena merupakan sesuatu yang disediakan/digunakan dalam bermusyafir di kehidupan di dunia ini.  Inilah maksud bahwa semua kebutuhan kehidupan manusia dipenuhi oleh Sang Pencipta.

Karena aktivitas yang dilakukan adalah karena tugas "mengabdi" dengan penuh kesadaran.  Maka diri tidak pernah berpikir akan jumlah/banyaknya yang diterima.  Karena semuanya pasti cukup akibat diri sudah hilang rasa was-was yang dimiliki setiap diri manusia.

Dampak lain dari dari beban yang berubah jadi bekal adalah ketika diri tidak merasa "pas" dengan yang diterima maka tidak ada rasa protes atau berteriak karena diri menerima dengan ketulusan hati.  Karena keyakinan diri bahwa apa yang belum diterima adalah merupakan sebuah tabungan yang akan diterima di kelak kemudian hari.

Akibatnya diri dalam menemupuh perjalanan akan selalu memiliki keberanian dan kejujuran dalam beraktivitas.  Maka damailah kehidupan diri kita dalam bermusyafir di dunia ini.

Sekedar humor sufi.  Memang tidak ada yang lucu dalam tulisan ini.  Namun kelucuan hanya terlihat dari bentuk pemahaman pengetahuan yang berbeda.

Terima kasih

8/12/2021

Salam, KAS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun