Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Humor Sufi: Habis Nol, Terus Mau ke Mana kehidupan Diri Manusia?

6 Desember 2021   18:00 Diperbarui: 6 Desember 2021   18:46 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mungkin pendapat  atau pertanyaan tersebut di atas ini adalah salah. Karena diri tidak memiliki informasi yang lengkap tentang vaksin itu dibayar atau gratis dari perusahaan yang membuatnya.  Tapi harapan dari diri semoga memang ini adalah sebuah hal yang cuma-cuma karena perusahaan adalah kepanjangan dari Tuhan yang memiliki sifat Pemurah dan Penyayang.  Dan mungkin juga dari penyisihan dana (CSR) perusahaan-perusahaan yang selama ini sudah memiliki keuntungan dari obat-obat lain yang diproduksinya.

Jika ulasan diperpanjang mungkin menjadi sebuah hal riskan dan krusial, maka tidak akan dibahas lebih lanjut.  Semoga opini ini salah jika vaksin adalah sebuah konspirasi dari perusahaan-perusahaan besar atau pihak-pihak tertentu.

Omicron sebagai pengurang diskriminasi

PBB melalui WHO menamakan virus tersebut dengan konsistensi menggunakan abjad yunani untuk mengurangi diskriminasi dan ketidakadilan dalam hal nama dari negara pelapor covid.  Konsistensi ini untuk menjaga gejolak yang virus baru yang ada jika dinamai dengan nama negara atau penemu virus tersebut.

Konsistensi ini sebagai bentuk pelajaran bagi diri manusia bahwa diskriminasi ternyata masih ada. Tidak perlu disebutkan contohnya namun pembedaan ras, kekayaan, harkat dan lain sebagainya masih nampak dalam kehidupan di dunia ini.  Pembelajaran yang sangat menyentuh diri manusia bahwa manusia hakekatnya adalah sama di mata Sang Pencipta.  Tidak perlu di bedakan antara bangsa besar dan kecil.

Bentuk pengakuan agar tidak terjadi diskriminasi adalah sebagai hakekat adanya sebuah bentuk diskriminasi itu sendiri. 

Perkataan tersebut ibarat sebagai sebuah pepatah lempar batu sembunyi tangan.  Artinya bahwa adanya pengakuan diskriminasi yang sebetulnya ada yang terjadi di kehidupan sekarang.  Diskriminasi yang ada disamarkan dengan strategi pernyataan yang diharapkan memberikan motivasi untuk mengurangi atau menghilangkannya.

Dan realita yang ada pun sebetulnya memang ada diskriminasi yang sudah terlanjur menjadikan bahan untuk menguntungkan mereka yang kuat.  Bahkan upaya diskriminasi digunakan sebagai bentuk penguatan eksistensi dari power diri mereka yang berkuasa untuk menguasai yang lemah.

Diri kita yang kelihatan lemah akan selalu digunakan sebagai obyek penderita atau "ladang bisnis"  bagi yang memiliki power. Dan untuk yang tidak lemah/ mulai berusaha berkembang pun akan diusahakan untuk dijadikan lemah. Tujuan ini semua adalah sebagai bentuk pertahanan agar selalu di atas (yang memiliki power) dari yang lain dan menjadi kiblat dalam kehidupan di dunia ini.

Sebuah ironi kehidupan yang terjadi dalam kehidupan manusia di dunia sekarang ini.  Hal ini sangat berlawanan dengan fitrah diri sebagai manusia yang seharusnya menjalankan tugas sebagai makhluk yang baik dan sempurna dan untuk selalu menjaga keseimbangan kehidupan di dunia ini.

Bahkan adakalanya ada diri yang memperjuangkan perjuangan melawan diskriminasi malah dipersalahkan dan dikambing hitamkan sebagai diri yang tidak baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun