Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Humor Sufi: Menembus Batas

13 November 2021   00:00 Diperbarui: 13 November 2021   00:10 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pemahaman seperti ini sebetulnya membunuh hakekat kebebasan manusia itu sendiri.  Karena ketika diri mengatakan "tidak" dari suatu yang akan dilakukan merupakan bentuk penghilangan hakekat rasa kebebasan itu sendiri. Dan dampaknya ketika ini terjadi kebebasan yang akan dituju malah menjadi batas dan kehilangan kebebasan untuk keseimbangan kehidupan. 

Hal ini tidak sebetulnya tidak ada bedanya dengan perilaku pasien rumah sakit jiwa tersebut.

Lampaui batas untuk menuju yang tak terbatas

Batas-batas yang dibuat oleh manusia yang berupa peraturan-peraturan ibaratnya membelenggu diri manusia.  Banyak aturan-aturan yang berdalih karena kinerja ataupun yang lain ternyata menjadikan diri tidak optimal dalam berpikir.  Hal ini berdampak kerja dari indra yang dimiliki jauh dari fungsinya.  Sehingga berdampak kinerja indra tidak maksimal sehingga jauh dari keseimbangan hidup manusia.

Realita yang terjadi sekarang adalah banyaknya aturan-aturan hidup yang sebetulnya memiliki kepentingan tertentu dan bukan aturan-aturan yang merupakan turunan dari Buku Panduan.  Hal ini banyak menyebabkan diri lebih fokus pada kepentingan sesaat ataupun golongan tertentu untuk tujuan yang semu.  Lebih fatal lagi adanya beberapa oknum yang berani menafsirkan secara keliru apa yang ada dalam Buku Panduan karena memiliki kepentingan agar hasrat dan ambisi nya terpenuhi dengan penguatan ajaran.

Agar diri dapat melampaui batas untuk menuju yang tak terbatas maka diri harus mengoptimalkan apa yang sudah dikaruniakan oleh Sang Pencipta kepada semua manusia.  Karunia Sang Pencipta inilah sebetulnya sebagai sebuah "alat kerja" diri manusia untuk bermusafir di kehidupan di dunia ini.

Versi ilmu modern dikatakan bahwa "alat kerja" yang ada di otak manusia terdiri dari tiga bagian yaitu: otak kanan, otak kiri dan otak depan.  Otak kanan berfungsi keputusan tentang hal yang berhubungan dengan dinamika rasa, seni ataupun musik.  Sedangkan otak kiri memberikan informasi seperti mengolah logika kuantitatif yang digunakan untuk menghitung, menganalisis dan kerja logika rasional. Sedangkan otak depan berfungsi menyeimbangkan atau memilih otak kanan/kiri yang bekerja.

Keseimbangan kehidupan akan tercapai jika diri mampu meng"kerja"kan semua karunia Sang Pencipta yaitu otak kanan, otak kiri dan otak depan.  Tidak ada dominasi atau ada yang tidak bekerja dalam mengambil keputusan dalam kehidupan.  Maka otomatis ketika "kerja" dari "alat kerja" manusia itu dapat bekerja secara optimal maka diri akan dapat keluar dari batas untuk menuju sesuatu yang tak terbatas.

Versi Buku Panduan dikatakan bahwa "alat kerja" yang dimiliki oleh seluruh manusia adalah disebut dengan Indra.  Indra pemberian Sang Pencipta terdiri dari Fuad (kepala),  Shawa (Rasa) dan Hawaa (perut).  Kepala berfungsi keputusan-keputusan yang bersifat nampak secara fisik.  Rasa berfungsi keputusan-keputusan yang non fisik yang berdasarkan atas nurani yang ada dalam diri manusia. Sedangkan Hawaa adalah berfungsi dengan keputusan-keputusan yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan perut dan sekitarnya.  Ketiga indra tersebut dapat berjalan dengan optimal jika diri manusia mampu menggunakan hati (qolbu).  Hati atau qolbu akan berfungsi seperti as (roda pemutar) untuk ketiga indra tersebut dan baru dapat digunakan jika diri kita sudah memiliki hati yang bersih terbebas dari penyakit hati. 

Keseimbangan kehidupan akan tercapai jika diri kita mampu mengoptimalkan dan meng"kerja"kan semua indra pemberian Sang Pencipta.  Rotasi kerja indra dengan poros as akan memilih dan memilah dalam mengambil keputusan tentang aktivitas dalam kehidupan diri manusia.  Optimalnya diri bekerja jika diri selalu memiliki semangat untuk kembali "baca dan belajar" pemahaman yang benar dan tidak memiliki kepentingan yang ada pada diri manusia.  Bentuk aktivitas yang dihasilkan adalah ketulusan dan keikhlasan diri sebagai bentuk pengabdian kepada Sang Pencipta.    Ketika ini terjadi maka diri akan diangkat menjadi manusia yang dapat melampaui batas untuk menuju sesuatu yang tak terbatas.

Sekedar humor sufi.        

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun