Menyalahkan diri sendiri
Menyalahkan diri sendiri bukan berarti diri kita kalah dalam berperang.  Menyalahkan diri adalah sebagai sebuah bentuk kesadaran untuk selalu waspada akan jalan kehidupan.  Menyalahkan diri juga sebagai bentuk menaklukkan diri dan kemenangan atas perang besar yang terjadi pada diri kita.  Karena diri kita mampu mengalahkan ego  sehingga memiliki kesadaran bahwa ketidak beruntungan diri karena ada sesuatu yang lebih bermakna akan kita terima.
Kesadaran diri untuk mengatakan bahwa kesalahan pada diri kita adalah sebuah hal yang langka. Â Hanya orang yang sadar dan diberi petunjuk adalah orang yang berani mengatakan itu. Â Menyalahkan diri sendiri bukanlah sebuah bentuk penghiburan diri atas kekecewaan atau kegagalan yang menimpa. Â Melainkan sebuah perbuatan yang "gentle" dan bukan malah menurunkan derajat dirinya. Â
Kekecewaan atas harapan atau ketidak beruntungan diri tersebut adalah sebuah jalan yang harus dilalui untuk menjadikan diri tidak tersesat dalam perjalanan. Â Hal ini berarti kesadaran ini akan membawa pada perilaku berserah diri kepada Sang Pencipta atas kekecewaan atau ketidak beruntungan yang dialaminya merupakan langkah terjal yang harus dilaluinya. Terjalnya jalan kehidupan dengan bentuk kekecewaan ini bukan sebagai penghalang diri untuk tetap mendaki namun sebagai sebuah stage yang harus dilalui karena akan menaikkan diri kita.
Ketika kesadaran ini muncul maka akan diikuti dengan instropeksi dan usaha diri agar tidak lagi mengalami kekecewaan. Â Proses ini diikuti dengan baca dan belajar yang lebih mendalam agar menemukan cara atau pemahaman pengetahuan yang baru terhadap kehidupannya.
Refleksi dari tidak diterimanya oleh pemilik rumah, ketika kesadaran sang tamu muncul akan memberikan sebuah pemahaman baru bagaimana dirinya memiliki strategi dalam adab bertamu dan waktu yang pas untuk bisa bertemu dengan pemilik rumah. Â Ketika kesadaran ini muncul maka merupakan bentuk instropeksi dan berserah diri atas kejadian ditolaknya dirinya oleh sang tuan rumah.
Kekecewaan output yang salah dari kerja diri
Orang yang pendek pikir akan selalu berusaha agar output yang dihasilkan adalah hal yang memuaskan dan sesuai dengan harapan. Â Namun ketika output itu tidak dapat dicapai pasti akan timbul kekecewaan. Â Ketika diri berpikiran pendek hanya akan bermimpi tentang kebaikan saja yang diterima dan sulit untuk menerima yang lain.
Berbeda dengan orang yang panjang pikir, mereka selalu orientasi untuk kebaikan jangka panjang. Â Maka ketika menemukan sebuah kekecewaan bukan emosi sesaat yang keluar melainkan muncul sebuah pertanyaan untuk diri mengapa dirinya dikecewakan. Â Kekecewaan yang diterima mungkin salah diri kita akibat dari "kerja diri" yang tidak sesuai dengan harapan. Â
Ibarat diri berdoa kepada Sang Pencipta maka terdapat dua alternatif yaitu dikabulkan atau tidak diterima doanya. Â Tidak diterimanya doa diri kita mungkin Sang Pencipta memiliki kehendak lain atas doa kita. Â Jika doa kita dikabulkan mungkin akan menjadi ketidak baikan akan menimpa kita, maka doa kita akan di tolak oleh sang kuasa.
Ataupun berdoa itu ibarat mengetuk sebuah pintu rumah. Â Dibukanya pintu rumah adalah hak pemilik rumah yang didatanginya. Kita hanya mengetuk atau memintanya. Â Maka janganlah diri kita besar angan atau melampaui batas dan jika ini terjadi pasti kekecewaan adalah output kerja diri yang salah.