Ketika sentuhan ilmiah dan meninggalkan sifat ke alamiahan sebetulnya adalah jalan menuju ketidakseimbangan antara kehidupan diri petani dengan alam. Â Sifat ketulusan dalam bekerja akan berganti dengan sifat self interest yang hanya memaksa sawah untuk bekerja maksimal dan menghasilkan panen yang banyak. Â
Bergesernya nafas kehidupan petani dari alamiah menjadi ilmiah ini secara logika rasional mungkin sebuah hal yang wajar dan merupakan tuntutan agar diri tidak dikatakan "telme (telat mikir)". Â Dan mungkin ini sudah menjadi fenomena yang terjadi pada pribadi petani sekarang ini.
Maka perenungan diri untuk menjadi petani yang menjaga keseimbangan adalah petani yang memang harus mengkombinasikan antara hal yang alamiah namun tidak lupa selalu belajar agar bisa memilih pengetahuan ilmiah mana yang bisa digunakan untuk kehidupannya.
Keseimbangan inilah yang menjadikan diri petani sebagai seorang petani yang profesional dan bukan petani yang berprestasi. Â Karena secara umum bahwa seorang petani dalam bekerja memang menginginkan keuntungan namun jika gagal panen dirinya masih bisa tersenyum dari hasil yang diterimanya. Â
Jika diri petani tidak dapat menjaga keseimbangan maka aktivitas bertani akan menjadikan kerusakan alam semesta dan mengakibatkan ketidakseimbangan kehidupan antara manusia dan alam. Â Hal ini bukan berarti menyalahkan kondisi diri kita sekarang ini melainkan mengajak untuk merenung yang dimulai dengan baca dan belajar atas segala hal yang menyangkut diri dan alam semesta serta dengan hadirnya Sang Pencipta di sekitar kita.
Cerita petani dan ular adalah simbul dari ungkapan mengapa diri selalu dipersalahkan. Â Kejadian dalam cerita tadi yang bercerita tentang seorang petani yang membunuh ular adalah ungkapan ketika diri kita selalu dipersalahkan. Â Bisa jadi petaninya yang salah atau ularnya yang salah dan mungkin juga keduanya adalah pihak yang salah.
Makna pertama jika manusia yang salah
Makna yang tertangkap jika diri manusia yang salah adalah ibarat bahwa manusia adalah penguasa maka posisi membunuh ular (bawahan) tersebut adalah kesalahan darinya. Â Mengapa manusia bisa dipersalahkan atas membunuh ular tersebut?
Tindakan membunuh ini mungkin bagi manusia adalah bentuk pertahanan diri dari ancaman atas datangnya sang ular.  Kedatangan sang ular yang mungkin tidak sengaja berpapasan itulah yang merasa bahwa ular akan mengancam keselamatannya  sehingga dirinya akan melakukan pendek dalam berpikir dan hanya mementingkan egonya saja agar dirinya selalu selamat. Â
Ular yang datang walaupun tidak memiliki niat keburukan sedikitpun akan tetapi karena bertemu dengan manusia yang merasa akan mengancam keselamatan maka pasti akan dibunuhnya. Â Pembunuhan ular inipun tidak diikuti dengan perasaan menyesal sedikitpun walaupun sebetulnya ular sudah membantunya menjaga sawahnya.
Kejadian manusia terhadap ular ini pun sebagai sebuah tamzil dalam kehidupan sekarang ini baik diri sebagai petani, masyarakat, pemerintah, ataupun perusahaan. Â Sebuah ironi tindakan yang membuktikan bahwa memang diri manusia adalah makhluk yang bertindak melampaui batas.