Mohon tunggu...
Akbar Ramadhan
Akbar Ramadhan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menelaah Lebih Jauh Novel "Perahu Kertas" Karya Dee

22 Februari 2018   07:34 Diperbarui: 22 Februari 2018   08:21 3078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Jakarta, Juli 1999 ..." (halaman 4).

            "Bandung, Agustus 1999 ..." (halaman 17).

            "Kuta, malam tahun baru 2000 ..." (halaman 73).

            Namun pada banyak bagian, latar tempatnya kurang dijelaskan secara rinci, akibatnya pembaca harus berpikir sedikit lebih keras agar bisa memvisualisasikan latarnya. Sama halnya dengan latar waktu. Pada novel ini, penulis cenderung lebih fokus ke percakapan dan perasaan para tokoh, sehingga tempat dan waktu berlangsungnya suatu kejadian terasa agak diabaikan.

            Sebaliknya, latar sosial pada novel ini tergambar begitu detail, seperti yang terlihat pada kutipan berikut:

            "Jalan Legian penuh sesak dengan orang-orang, mobil-mobil bahkan nyaris tak bergerak. Hampir setiap kafe dipadati pengunjung yang sampai tumpah ruah ke trotoar jalan. Mereka bertiga bahkan harus bicara dengan berteriak-teriak." (halaman 73).

            Kutipan tersebut menandakan bahwa penulis tahu lumayan banyak tentang kondisi sosial di Jalan Legian, Kuta.

            Beralih ke sudut pandang, terlihat bahwa Dee menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu, contohnya pada kutipan:

            "Noni dan Kugy tumbuh besar bersama, selalu tinggal di kompleks perumahan yang sama, pindah dari satu kota ke kota lain hampir selalu bersamaan: Ujungpandang, Balikpapan, Bontang, dan berakhir di Jakarta saat mereka kelas 1 SMP. Pada tahun itu, untuk pertama kalinya mereka berpisah. Ayah Noni yang duluan pensiun, memilih tinggal di Subang untuk menghabiskan hari tuanya, dan Noni kemudian disekolahkan di Bandung. Sementara ayah Kugy tetap tinggal di Jakarta bersama keluarganya." (halaman 8)

            Pada kutipan di atas, penulis sangat tahu tentang masa lalu dan apa saja yang dirasakan tiap tokoh dalam novelnya. Tidak terpaku pada pelaku utama saja.

            Membahas dari segi ekstrinsiknya, dapat kita jumpai bahwa banyak pengaruh dari lingkungan penulis yang memberi dampak secara tidak langsung ke dalam novel ini. Seperti misalnya, nama salah satu pemeran utamanya, Keenan, diambil dari nama anak sulung penulis sendiri. Nama anak Dewi Lestari adalah Keenan Avalokita Kirana. Selain itu, Dewi Lestari yang lahir pada tahun 1995 tentunya tahu betul bagaimana kondisi sosial dan teknologi pada masa itu. Hal ini tentunya membawa pengaruh ke dalam novel yang berlatarkan pada tahun 1999-an ini. Sebagai contoh, masih maraknya penggunaan telepon rumah pada masa itu, dan pada masa itu pula, ponsel pintar belum ditemukan. Itulah mengapa, kita tidak akan menemukan adanya penggunaan ponsel pintar di dalam novel ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun