Kampanye hitam yang dimotori oleh buzzer ternyata tidak bertepuk sebelah tangan, karena lawan politik pun tidak mau ketinggalan membentuk buzzer tandingan. Alhasil,seperti kita ketahui bersama, terbentuklah perang tanding cukup alot antara dua kubu buzzer terutama sejak kampanye pilpres bahkan sampai sekarang.
Media social disuguhkan  dengang situasi saling serang antar kedua kubu yang telah memiliki label terkenal yakni Cebong dan Kampret  tidak henti-hentinya berkicau. Walaupun tidak sedikit pihak yang menghawatirkan dan berupaya menghentikan peran buzzer tersebut, tapi aktivitasnya tetap eksis sampai sekarang dengan label yang kadang berubah, misalnya cebong versus kadrun atau Kadrun versus Bacin.
Yang pasti peran buzzer kini masih sangat solid, terutama pihak pemenang. Meski issu nya bukan lagi pemenangan presiden tapi mereka berdiri kukuh pada posisi masing-masing. Para cebonger menanam kaki membela pemerintah, padahal tidak sedikit manufer pemerintah yang merugikan rakyat seperti diloloskannya paket UU Omnibuslaw, pelemahan KPK dll. Seakan Cebonger adalah bagian tdk terpisahkan dalam pemerintah itu sendiri.
Demikian juga, kelompok Kadrun tidak mau tau apakah program pemerintah ada positifnya atau tidak, yang penting teriak dulu, nyinyir dulu. Benar salahnya dipikirkan belakangan. Walaupun kadang telah melampauhi batas, menyerang harga diri dan kehormatan presiden. Padahal Presidennya juga, bukan presiden orang lain.
Pada gilirannya aktivitas buzzer kontra produkif dengan cita-cita demokrasi. Sebab, kesadaran massa yang dipupuk secara terus menerus dengan kebohongan dan kebencian berdampak pada peminggiran peran genuine masyarakat.
Semestinya kritik kepada pemerintah adalah tugas semua rakyat. Tidak sepatutnya rakyat yang lain menuduh saudaranya sebagai musuh apalagi dengan caci maki hanya karena mengkritik pemerintah. Walaupun kritik itu salah, biarlah pemerintah yang meresponnya.Â
Mestinya sesama rakyat hanya menasehati saja, agar memperbaiki itikad dan kritikannya. Demikian juga yang kritik, agar mengerti batasannya. Jangan tunggu dinasehati kalau memang bisa memahami cara-cara yang lebih beradab.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI