Mohon tunggu...
Muhaimin Nur Salim
Muhaimin Nur Salim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IAIN Ponorogo jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Seoarang remaja misterius yang penuh dengan kegemaran memainkan game online dan juga menggemari filsafat dan dunia fiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hitam Putih Cangkul, Peluit dan Pena

27 Mei 2024   08:50 Diperbarui: 27 Mei 2024   09:05 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suryani terbit di balik puing puing gedung

Cahaya sucinya meraba pegunungan desa dan sawah sawah

Embun mulai berpamitan kepada pagi 

Ayam jantan dan kucing jalanan mulai mengais tong sampah

Seorang pria pelajar memandang tetesan air keran bocor

sembari mengumpulkan nyawa yang tertinggal di alam mimpi

Silaunnya mentari menyorot dahi perlahan turun

Dinginnya air menarik kesadaran dari lamunan

Perlahan dia menaiki kuda besi

Dengan jaring laba laba dan bulu burung di bawah pijakan

Dengan ban belakang yang nampaknya sedikit kempes

Dipacunya kuda hitam itu selingkar demi selingkar

Di bawah langit biru tanpa mendung

Di aspal goyang berlubang ia berlayar

Di tengah polusi udara yang tak terbendung

Di antara profesi potret potret semata

Ya... dia melihat petugas keamanan 

Melihat petugas lalu lintas

Bekerja di kamera bukan di lintasannya

Bergumam heran ia melihatnya...

Di sisi lain pak tani sudah bekerja dari bakda subuh 

Tulus ikhlas tanpa mengharap like komen dan pangkat

Berkawan bumi langit dan cinta keluarga

Istiqomah bergerak meskipun semakin sempit ruangnya

"Banyak keringat petani yang kita telan puluhan tahun"

"Banyak air mata petani yang sangat sering kita lupa"

"Banyak darah petani yang tumpah di medan tanam"

sedikit kesadaran si putra pagi itu

Sembari mendengarkan lagu nasida ria

Duduk menatap pohon kelapa yang menjulang tinggi

Mendongak tanpa kata dan kedip 

Ia melamunkan kondisi hitam putih desa dan kota

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun