Mohon tunggu...
Andi MuhaiminDarwis
Andi MuhaiminDarwis Mohon Tunggu... Relawan - Menulislah. Sebelum kenangan indah terbuang sia-sia. Hargai hidupmu lebih dari siapapun itu.

Teknik Sipil 2015, Univ. Muhammadiyah Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pendidikan Keluarga (2)

30 Juni 2019   02:29 Diperbarui: 30 Juni 2019   02:44 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Handphoneku berbunyi dengan frekuensi yang tak seperti biasanya semalam yang lalu. Ucapan selamat ulang tahun bergemuruh di balik aplikasi-aplikasi sosial media. Ya, tepatnya tanggal 28 Jun1i kemarin, usiaku genap 22 tahun. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, angka 22 ini justru menitipkan sedikit ketakutan di hati. Ada kegagalan yang tak dapat kutuangkan dengan gamblang, ditambah perkuliahanku yang tak kunjung selesai. Semuanya kutafsirkan sebagai kurang dewasanya tubuh ini dalam bersyukur. Padahal waktu terus menusuk bagi siapa saja yang berleha-leha. Siapa yang mempermainkan waktu, maka waktulah yang akan mempermainkan hidupnya kelak. Tanpa ampun.

Sejak 2018 lalu, ada ratusan pengalaman terlewati dan dapat dijadikan pelajaran. Namun, dari segi peningkatan kecerdasan dan keterampilan rasanya belum cukup untuk dikategorikan baik. Satu poin plus, yaitu keaktifan dalam kegiatan literasi.

Bersamaan dengan ucapan selamat padaku, doa dan harapan juga disampaikan banyak orang kepada Mama. Kami lahir kembar. Kembar tanggal. Sehingga pemberi kue dan kado harus menyiapkan dua kue atau dua nama dalam satu kue. Usianya tak terlalu penting. Jika kutanyakan, beliau juga mengernyitkan dahi memberi kode agar tetap diam. Kutanyakan kembali, ternyata dijawab oleh Bapak.

" XX tahun, Nak. Perempuan itu kalo sudah tidak muda, dia seperti bule. Sensitif jika ditanyakan umur".

Kemudian ada bunyi tamparan keras. Rupanya Namirah, ponakanku yang sedaritadi ingin bermain denganku. Hehe. Bukan Mama yah yang menampar.

Seperti Bapak, Mama juga sering membaca sekilas artikelku melalui grup Whatsapp keluarga. Responnya cukup keras. Beliau meminta agar artikel yang dapat memicu kontroversi dihapus, terutama opiniku tentang "Revolusi PKI di Indonesia". Tapi, dua puluh dua tahun hidup dengannya membuatku mengerti dan paham, bahwa Mama memang orangnya cepat panik jika anaknya berbuat sesuatu yang menyimpang menurutnya. Mungkin lebih tepatnya disebut care. Seingatku, ketika dulu saya mencoba bercerita tentang keaktifan berolahraga futsal, beliau langsung melarang karena takut cedera atau patah tulang. Ketika kuberitahukan bahwa hari ini saya bermain baik dan juara 1 dalam turnamen futsal kampus, Mama mengucapkan selamat lalu menyuruhku berhenti agar fokus untuk berkuliah. Ketika kuberikan piala Juara 1 lomba melukis cat air, beliau mengucapkan hamdalah lalu menyuruhku langsung lanjut belajar karena tujuan bersekolah bukan untuk melukis. Tentunya sangat menguji mental. Mungkin Presiden Jokowi  terinspirasi melaksanakan program Revolusi Mental dari beliau.

"Jangan cepat puas, Nak." Pikirku setiap Mama merevolusi mentalku, lalu belajar lagi dan lagi seraya mencari sesuatu yang baru, kemudian mencoba berprestasi, agar aku dapat merevolusi mentalnya pula.

Pada 28 Juni kemarin, ada hal berbeda dari diriku dan Mama. Selama ini aku mulai aktif menulis opini dan membaca di caf sekitaran rumah, sebab rumahku yang terlalu ramai akan hiruk pikuk kendaraan sepeda roda tiga ponakanku cukup mengganggu fokusku dalam membaca, terlebih lagi jika menulis opini. Laptop sangat menarik untuk anak-anak umur 2 tahun. Kamar dan ruangan lainnya juga tak dapat mengizinkanku nyaman dalam satu posisi duduk sehingga tak betah berlama-lama. Tetapi, meskipun caf membuatku nyaman dalam menimba ilmu 11 bulan terakhir, belakangan ini mulai terpikirkan bahwa sampai kapan aku begini? Apakah  aku harus terus membayar dan memasukkan minuman berwarna ke dalam tubuh jika hendak mencari ilmu? Sejak hal itu terpikirkan, sejak itu pula mindsetku berubah bahwa setiap tegukan ada racun yang akan merusak organ, setiap tegukan ada rupiah yang menguap menyerang kantong. Mereka berkelindan dan menyerangku dari dua arah yang berbeda. Terkadang juga tumblr berisi air mineral yang sengaja kubawa dari rumah untuk mengimbangi kopi ataupun thai tea ditolak oleh pemilik cafe dengan alasan beragam. Solusi yang paling masuk akal saat ini ialah mendesain ulang kamar agar dapat senyaman caf. Menabung lalu merogoh kocek agar mendapatkan kenyamanan ekstra ketika berada di kamar. Kamar tempat segala ide terpancar. Kamar pemicu membaranya jiwa kesuksesanku. Kamar sehat, ketika ngantuk maka tidur, ketika BAK tak perlu lagi melihat air seni berwarna kuning.

Bersamaan dengan ide menarik tersebut, aku melihat Mama yang sedang berulang tahun. Kuucapkan selamat sambil memeluknya hangat dan penuh doa. Bukan tanpa sebab, hampir setiap pekan kubayangkan betapa belum siapnya hati dan jiwaku jika seketika kehilangan beliau, (yang berarti) tiap pekan air mata berlinang hanya karena berangan-angan tentang beliau. Kemudian kulanjutkan dengan bercerita panjang lebar tentang belasan buku Bapak yang telah kutamatkan disertai keluhan tentang tempat yang kurang mumpuni untuk bebas berlama-lama dengan posisi duduk yang tepat. Oh ya, selain tentang kekhawatiran kurang minum, saya juga khawatir jika duduk terlalu bungkuk. Bungkuk sangat mempengaruhi wibawa dan penampilan. Bungkuk membuatku tak akan mirip seperti Prabowo di masa yang akan datang.

Konsep tentang kamar sudah habis kuperdebatkan dengan kawan-kawanku. Tata letak meja untuk laptop, lemari pakaian, lemari dan rak buku, hiasan, dan tempat camilan telah matang dan hanya menunggu eksekusi. Dengan beberapa pertimbangan, akhirnya Mama setuju untuk membelikan beberapa perlengkapan yang tak terjangkau dompetku. Dan "kafemar"ku sedang dalam pengerjaan.

Kesyukuran besar bagiku setelah bertahun-tahun saling tawar menawar hobi dengan Mama, akhirnya pada hari ini kami sepandangan. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Satu minat, dapat menghidupkan harapanku dan harapan Orang tua. Semoga kehadiranku betul-betul dapat menjadi kado manis untuk ulang tahun Mama yang berikut-berikutnya. Kebahagiaan tak terhingga dan pengalaman hidup luar biasa dapat menghadiri seminar hidup jangka panjang oleh Pak Dir dan Ibu Kejur.

Andi Muhaimin Darwis

Dengan penuh cinta,

Kamar, 30/6/2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun