Harus diakui bersama, bahwa Pak Danny merupakan perpaduan antara Kang Emil di Bandung dengan future orientation dan humanis, lalu Pak Ahok di Jakarta dari gaya kepemimpinannya yang menggertak praktik nakal. Saya teringat betapa sibuknya Pak Danny ketika mengurus salah satu hotel di daerah Panakukang yang hendak melakukan suap dan gratifikasi agar hotel yang dibangun bebas dari keharusannya membangun RTH (Ruang Terbuka Hijau) dan area parkir yang memadai. Tak saya ragukan lagi. Saya betul mengikuti kisahnya di surat kabar setiap harinya.
Resonansi Revolusi Industri 4.0 telah sampai ke telinga masyarakat. Menjadi topik hangat pada hari ini. Kemudian para pemimpin dalam proses pembenahan sistem agar lebih maju dan sebagainya. Sayangnya, sejak 2014 lalu, Kota Makassar melalui tangan Pak Danny Pomanto telah mengisyaratkan hal itu. WAR Room untuk menjangkau aktivitas keseluruhan Kota Makassar berbasis CCTV sebanyak 468 Unit dibuatnya. Walaupun dengan biaya 30 juta per unit, namun kamera pengawas ini terintegrasi dengan DAMKAR, kepolisian, rumah sakit, serta call centre 112 yang sigap dan tanggap aduan.
Tak tanggung-tanggung, masing-masing kamera dapat menjangkau 3 kilometer jarak pantau. Ditambah dengan Dottoro ta' yang menjangkau masyarakat sampai ke lorong, membuat Pak Danny dijuluki sebagai manusia seribu prestasi oleh KEMHAN RI, Brigjen TNI Wahyu Agung Prayitno. Seluruh inovasi beliau mendapat penghargaan, baik dalam skala nasional maupun dalam skala internasional.
Tak sampai situ, kemampuan beliau menata perekonomian telah terbukti. Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo juga turut memuji beliau sebagai walikota yang berhasil menekan laju inflasi terbaik se-Indonesia, dan memiliki pertumbuhan ekonomi sebesar 8,1% selama masa jabatannya. Program yang paling nyata adalah F8 yang dilaksanakan secara akbar dan menarik wisatawan mancanegara. Festival ini juga meraup pundi-pundi rupiah bagi PAD sebesar 240 Milliar Rupiah dan dikunjungi oleh 1.971.622 orang selama empat hari pelaksanaannya pada 2018 tahun lalu. Program ini sekaligus menumbuhkan minat berwirausaha kalangan milenial.
Sekadar tambahan, ada Car Free Day tiap minggunya di tiga lokasi, membangun pusat penjernihan air untuk 5 pulau, renovasi pantai losari yang tampak lebih luas dan menarik, Kawasan Kuliner Pecinan, RTH Maccini Sombala dan sebagainya turut kita saksikan sebagai perubahan konstruktif Kota Makassar.
Pembaca sekalian, menjadi pemimpin daerah bukanlah pekerjaan mudah. Ada manuver yang harus dilakukan oleh pemerintah meskipun diluar nalar warganya demi kebaikan bersama. Dan pada sisi yang lain, keberhasilan pemimpin dilihat dari tingkat kepuasan masyarakatnya. Sedang masyarakat tak peduli aspek peningkatan ekonomi, laju inflasi, peningkatan PAD dan lain sebagainya. Melalui kepemimpinan Pak Danny, saya melihat kohesi antara kemajuan berpikir, kemajuan teknologi dan inovasi, serta kemajuan tatanan sosial melalui program yang aktif mengikat silaturahmi masyarakat.
Dari kinerja beliau selama ini, ternyata Pak Danny berbohong. Beliau mengatakan bahwa Kota Makassar dua kali tambah baik. Namun nyatanya, Makassar puluhan kali tambah baik!
Ucapan terima kasih khususnya kepada bapak Ir. Â HM. Ramdhan Pomanto beserta Dr. H. Syamsu Rizal, M.Si. atas pengabdian selama satu periode yang menyerap banyak pikiran, tenaga, dan kesabaran. Tak lupa pula, terima kasih saya ucapkan kepada seluruh kabinet tingkat Kota Makassar yang tentunya berandil besar. Tentunya Kota Makassar terlihat lebih maju karena kerja sama antar pimpinan yang baik. Mari jadikan pemerintahan periode ini sebagai acuan dalam kepemimpinan selanjutnya.
Ucapan selamat juga kepada kakanda Iqbal Samad Suhaeb, semoga amanah dalam melanjutkan roda estafet kepemimpinan Kota Makassar.
"Makassar dua kali tambah baik. Jangan biarkan Makassar mundur lagi".
Salam.