Mohon tunggu...
Andi MuhaiminDarwis
Andi MuhaiminDarwis Mohon Tunggu... Relawan - Menulislah. Sebelum kenangan indah terbuang sia-sia. Hargai hidupmu lebih dari siapapun itu.

Teknik Sipil 2015, Univ. Muhammadiyah Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jasa Parkir dan Titip Sandal di Tempat Ibadah

26 Februari 2019   00:59 Diperbarui: 26 Februari 2019   01:49 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Laa ilaaha Illa (a)llah..

Adzan berkumandang. Sudah waktunya seorang muslim menjawab panggilan yang menjadi spirit Khulafaaur Rasyidin dalam setiap harinya, layaknya baterai yang dicharge terus menerus.

Masjid oh masjid. Membuat seluruh umat non-muslim terkejut terheran-heran sebab belum pernah ke sana, hehe. Tempat yang menyenangkan kata pemuda hijrah, cie hehe. Bagiku, masjid tempat ternyaman untuk sebuah inspirasi dan motivasi spiritual ataupun menikmati kesendirian. Masjid tak ada duanya. 

Opini bahwa masjid telah ditinggalkan umat muslim yang bertebaran di mall adalah anggapan yang sedikit benar tapi terdapat celah. Mall tutup pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, sedangkan masjid beroprasi terus menerus tanpa henti. 

Hujan, badai, petir sama sekali tidak mengganggu aktivitas operasional masjid. Bahkan sebuah gempa bumipun tidak menghentikan ibadah salat yang pernah terekam dan booming di sosial media dan acara televisi.

Terlepas dari itu, alhamdulillah kita bisa melihat perkembangan yang cukup signifikan. Di mana masjid mulai menjadi kebutuhan umat milenial. Masjid sudah diarahkan menjadi pusat kegiatan generasi muda dengan ditandai oleh hidupnya kajian-kajian rutin di tiap masjid yang sempat redup dan hilang di beberapa titik di Sulawesi Selatan. 

Mengimbangi trend itu, pihak masjid tentunya berjasa besar dan memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa fasilitas masjid tersedia dan layak digunakan untuk kegiatan-kegiatan keagamaan. Rapat-rapat pengurus masjid mulai membuahkan beberapa inovasi yang cukup keren. 

Pelebaran area masjid, perbaikan audio, pemasangan air conditioner, bahkan sampai wifi masjid yang masih menjadi perbincangan. Semuanya adalah bentuk kemajuan buah dari kerjasama dan kesatuan persepsi pengurus-pengurus masjid. Tugas memakmurkan masjid sudah hampir dilaksanakan dengan mantap.

Begitu menariknya masjid, sepertinya oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab juga tertarik untuk melihat masjid sebagai tempat beraksi. Alhasil, belasan pasang sandal hilang pada salat Jumat. Begitu pula tas yang berisikan laptop serta barang penting lainnya terkadang raib dalam genggaman pemanfaat situasi. 

Sudah menjadi rahasia umum bahwa masjid terkadang menjadi tempat mengupgrade sandal agar tersedia dalam versi terbaru. Tak hanya sampai di situ, motor yang menjadi kendaraan seorang hamba yang sedang meminta rezeki di dalam masjid, justru direbut rezekinya dan dipersulit lagi oleh sindikat pencuri motor.

Melihat situasi seperti itu, hadirlah gagasan untuk lebih meningkatkan sistem keamanan masjid. Berbagai cara dilakukan seperti memasang kamera pengawas, menempatkan penjaga parkir dan mempekerjakan penjaga sandal. Harus diakui, penjaga parkir dan sandal sangat efektif dalam perannya sehingga masyarakat dapat lebih khusyuk dalam beribadah.

Namun, timbul masalah lain berdasarkan pengalaman pribadi saya. Kita yang seyogyanya hendak beribadah tetapi justru ada harga yang ditekankan kepada pribadi. Kasus ini sempat saya tanyakan kepada orang tua saya, tetapi beliau kurang setuju apabila dikatakan bahwa ibadah sudah menjadi sesuatu yang berbayar walaupun beliau tidak pungkiri bahwa ada person yang merasa keberatan dengan hal itu. 

Kasus ini sempat saya tanyakan kepada beberapa teman yang ternyata memiliki kepekaan yang sama. Delapan dari sepuluh orang mengatakan bahwa parkir dan penitipan sandal adalah masalah baru yang timbul layaknya virus baru yang timbul setelah meminum obat untuk suatu penyakit. Parkir dan jasa titip sandal ternyata mempengaruhi minat kebanyakan mahasiswa yang hendak beribadah. 

Mereka menginginkan komunikasi kepada Allah swt. dengan kekhusyukan tapi melihat tukang parkir dengan rompi oranye dan sumpritan tergantung di leher tak bisa mereka pungkiri kadang membuat niat mereka berubah. 

Dan hasilnya, mencari masjid yang lain sebagai tempat pelarian gratis adalah solusinya. Lagipula, apabila dibayangkan jika kita hanya membawa uang selembaran dua ribu rupiah yang kita tujukan untuk dimasukkan ke kotak amal sebagai sedekah jariyah. 

Namun terlintas bahwa akan membayar parkir. Apakah kita menarik sumbangan tersebut untuk menjadi upah pekerja? Pada dimensi yang lain, penjaga parkir dan penitipan sandal juga membutuhkan upah dari jasanya untuk melangsungkan kehidupan duniawi.

Infak adalah sumbangan yang dikeluarkan seseorang secara sukarela dari pendapatan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Tulisan infak sering kita jumpai pada setiap masjid. Parkir dan jasa penitipan sandal. 

Seusai beribadah, penjaga barang atau sandal dengan cekatan menunjukkan kotak infak dengan ketukan yang magis. Penjaga parkir tak ingin kalah cekatannya memegang ekor kendaraan meskipun pengendara masih memperbaiki posisi dan barang bawaannya. 

Di sinilah letak permasalahannya. Makna infak sudah bergeser dari hal yang sebenarnya opsional, menjadi suatu hal yang wajib. Ditambah lagi, budaya saling menghargai yang ditanamkan oleh pendahulu di Sulawesi Selatan juga menjadi tekanan tersendiri apabila ingin menolak.

Saya membayangkan jika seseorang yang hendak meraih keistimewaan dua puluh tujuh derajat kemudian menggunakan kendaraan untuk memudahkannya meraih kesempatan itu, justru harus mengeluarkan dua ribu rupiah untuk satu kali salat. 

Bagaimana jika lima kali dalam sehari? Apakah jika kita menolak untuk hari ini, sudah menjadi kepastian bahwa kita tak akan ditagih untuk kemudian hari? Belum lagi sandal yang sengaja kita sembunyikan justru mereka amankan untuk diserahkan kepada mereka. 

Hal ini adalah sesuatu yang riil terjadi di masyarakat. Tidak menjadi masalah bagi mereka yang berpindah-pindah dalam beribadah. Tapi menjadi masalah bagi yang menetap di suatu tempat ibadah.

Hal ini sudah harus menjadi salah satu hal yang dipertimbangkan oleh pihak masjid. Yang mana penjaga sandal dan parkir sudah wajib dimasukkan ke dalam komponen pengurus masjid, selayaknya petugas kebersihan dan orang-orang yang merawat masjid lainnya. Sehingga uang sumbangan terfokus untuk masuk ke kotak amal masjid lalu dikelola sedemikian rupa. 

Lalu dengan mekanisme yang ada, masjidlah yang menggaji para pekerja ini. Saya rasa dengan dana masjid yang amat banyak dari sumbangan tetap donatur dan lain-lain, maka memberikan hak bulanan kepada mereka bukanlah suatu hal yang sulit. Tiap salat Jumat dilangsungkan, kita selalu mendengar laporan keuangan yang berbunyi jutaan rupiah.

Solusi ini bertujuan untuk menjadikan masjid bukan sebagai tempat parkir liar yang tak terorganisir dan membuat lapangan pekerjaan baru bagi orang yang membutuhkan. Ini adalah pemikiran jangka panjang saya  selaku umat muslim, yang sudah mengindikasi bahwa tempat ibadah sudah menjadi lahan basah bagi segolongan orang. 

Bukti yang nyata adalah ketika hari raya keagamaan tiba. Tarif parkir naik menjadi dua sampai empat kali lipat dari biasanya tanpa diketahui oleh pengelola masjid. Apabila ini diterapkan, masyarakat akan damai dengan hal itu. Terjalin hubungan harmonis antara penyembah dan para pekerja keamanan. Tidak ada lagi eskpresi menyedihkan yang terlihat dari pekerja dan penyembah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun