Mohon tunggu...
Muh Ahyas Fardatullah
Muh Ahyas Fardatullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student at Hasanuddin University

Halooo perkenalkan saya Muh. Ahyas Fardatullah yang akrab disapa Ahyas. Saya merupakan mahasiswa dari jurusan Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mahasiswa KKNT 112 UNHAS Berhasil Mengubah Limbah Bonggol Jagung Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan Bernilai Ekonomis

27 Agustus 2024   22:00 Diperbarui: 27 Agustus 2024   22:02 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muh. Ahyas Fardatullah (Bantaeng, 2024)

Muh. Ahyas Fardatullah (Bantaeng, 2024)
Muh. Ahyas Fardatullah (Bantaeng, 2024)

Mahasiswa Universitas Hasanuddin yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tombolo Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng melaksanakan pengabdian berupa pelatihan pembuatan briket dari limbah bonggol jagung. Hal tersebut dilakukan oleh Posko 4 yang dibimbing Dosen Pengampu KKN (DPK) Diyah Yumeina, S.TP., M.Agr., P.hD.

Posko 4 terdiri dari 8 orang yakni Muh. Ahyas Fardatulah (Teknik Pertambangan), Dzibran Asyatama Pranoto (Teknik Industri), Hendra Bara'langi' (Teknik Elektro), Ainun Maghfira (Administrasi Publik), Alya Rasti (Agribisnis), Amalia Putri Ariska (Fisika), Raden Endang Sonia Doki Londong Allo (Budidaya Perairan), dan Aulia Rahmah Julianti Said (Kesehatan Masyarakat).

Jagung merupakan salah satu komoditas utama di Indonesia, tak terkecuali di Desa Tombolo, Kecamatan Gantarangkeke, Kabupaten Bantaeng. Pada umumnya, jagung hanya dimanfaatkan bagian bijinya saja oleh masyarakat sehingga menyisakan limbah berupa bonggol. Bonggol tersebut cenderung hanya dibuang begitu saja. Tentunya hal ini menyebabkan penumpukan sampah organik di lingkungan sekitar Desa Tombolo.

Berdasarkan survei terhadap limbah bonggol jagung yang telah dilakukan oleh Mahasiswa KKNT Inovasi Teknologi Tepat Guna Gelombang 112 Universitas Hasanuddin di lingkungan sekitar Desa Tombolo, didapatkan banyak sekali bonggol jagung yang menumpuk dan dibiarkan atau dibakar begitu saja.

Berdasarkan hal tersebut, Mahasiswa KKNT Inovasi Teknologi Tepat Guna Gelombang 112 Universitas Hasanuddin berupaya untuk mengedukasi masyarakat mengenai cara mengolah limbah bonggol jagung menjadi briket sebagai sumber energi alternatif ramah lingkungan yang memiliki nilai ekonomis.

Briket merupakan salah satu sumber energi alternatif pengganti gas elpiji yang dapat dibuat dari residu atau bahan yang tidak terpakai. Briket yang paling umum digunakan adalah briket batubara, briket arang, briket gambut, dan briket biomassa. Briket biasanya digunakan pada industri skala besar, home industri, rumah makan, hingga dalam sektor rumah tangga dan lainnya. Briket berfungsi sebagai bahan bakar padat yang merupakan bahan bakar alternatif yang dapat digunakan pada industri, rumah makan, rumah tangga, dan lainnya. Jika dibandingkan dengan bahan bakar minyak, Briket memiliki banyak kelebihan seperti penggunaannya lebih hemat, dan ekonomis, aman dan, ramah lingkungan. "Selain menjadi sumber energi alternatif briket arang juga dapat digunakan sebagai filter dalam penjernihan air serta dapat digunakan sebagai pupuk organik karena mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman" ucap Ahyas yang merupakan penanggung jawab program ini.

Program ini dimulai dari mencari limbah bonggol jagung yang tidak terpakai disekitar desa serta membuat alat cetakan briket yang terbuat dari pipa bekas. Sebelum melakukan pelatihan pembuatan briket kepada warga Desa Tombolo, kami melakukan uji coba terlebih dahulu di posko untuk mengurangi resiko gagalnya pembuatan briket saat kegiatan pelatihan.

Pembuatan briket dimulai dengan menjemur bonggol jagung hingga kering selama kurang lebih 2 hari. Setelah bonggol jagung tersebut kering lalu di dimasukkan ke dalam tong besi untuk di bakar. Bonggol tersebut dibakar menggunakan minyak tanah hingga berwarna hitam namun tidak sampai menjadi abu. Setelah selesai dibakar bonggol tersebut didiamkan terlebih dulu hingga tidak panas, lalu ditumbuk menggunakan ulekan hingga halus. Setelah halus dilakukan penyaringan agar ukuran partikelnya sama dan mudah untuk dicetak. Selama menyaring remukan bonggol jagung, sebagian dari tim memasak tepung kanji yang dicampur dengan air hingga mengental, selanjutnya mencampur bonggol jagung yang sudah halus dengan adonan tepung kanji dengan perbandingan 5% dari berat arang bonggol jagung yang akan digunakan, lalu mencetak adonan tersebut sepanjang 5 cm. Setelah dicetak, briket dijemur selama 3 hari untuk menghilangkan kadar air yang masih terkandung dalam briket. Setelah briket kering, dicoba dengan membakar salah satu sampel dengan hasil yang diharapkan.

Sebelum pelaksanaan program kerja, kami berdiskusi dengan Bapak Hamzah S.Pd.i., M.Pd.i (Sekretaris Desa) dan Bapak Andi Hamzah (Kepala Desa Tombolo) untuk merencanakan lokasi dan jam saat pelaksanaan program kerja, disamping itu, kami juga meminta bantuan kepada para Kepala Dusun untuk menyampaikan informasi kegiatan program kerja kepada warga di dusunnya. Selain itu, kami melakukan silaturahmi kepada ketua kelompok tani agar menggerakkan anggotanya untuk hadir pada pelaksanaan program. Yang terakhir, kami bersilaturahmi kepada Bapak Jafar Dg Gassing untuk meminta izin halaman rumahnya yang akan digunakan dalam pelaksanaan program kerja.

Pelaksanaan pembuatan briket dari bonggol jagung dilaksanakan pada hari Rabu, 31 Juli 2024 pada pukul 13.00 -- 15.00 WITA di rumah Bapak Jafar Dg Gassing. Kegiatan ini dihadiri oleh partisipan sebanyak 16 orang warga Desa Tombolo yang mayoritas merupakan buruh tani. Saat demonstrasi kami menjelaskan tentang briket beserta manfaatnya, kemudian dilanjutkan dengan mempraktikan cara membuat briket sesuai yang telah tim kami coba sebelumnya. Kami juga menunjukan briket yang berhasil terbakar seperti arang kepada warga. "Kegiatan ini sangat berguna dan menambah wawasan mereka dalam memanfaatkan limbah jagung sekitar dan mengubahnya menjadi nilai ekonomis untuk usaha sampingan" ucap Bapak Jafar Dg Gassing yang merupakan salah satu warga yang mengikuti kegiatan pelatihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun