Mohon tunggu...
Muhammad FachrizaNursaleh
Muhammad FachrizaNursaleh Mohon Tunggu... Jurnalis - saya muhammad fachriza nursaleh, saya adalah mahasiswa aktif jurusan ilmu komunikasi di universitas komputer Indonesia..

saya merupakan pribadi yang jujur disiplin dan mampu berinteraksi dengan baik. saya hobi olahraga renang dan basket

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bayangan dalam Diri

23 Januari 2024   21:33 Diperbarui: 30 Januari 2024   12:21 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bab 1: Pagi Hari di Desa Malasari

Judul: "Bayangan Dalam Diri"


Pemeran:
1. Maya - Gadis muda, 25 tahun
2. Rama - Pria tampan, 28 tahun
3. Tono - Sahabat Rama, 30 tahun
4. Linda - Sahabat Maya, 24 tahun
5. Pak Agus - Penduduk Desa, 50 tahun
6. Dinda - Ibu Maya, 50 tahun
7. Budi - Ayah Rama, 55 tahun

Lokasi: Rumah Maya di Desa Malasari

IDN Times
IDN Times


(Scene dimulai di ruang tamu rumah Maya. Maya duduk di sofa, terlihat cemas. Rama datang dan duduk di sebelahnya.)

Maya: (menghela nafas) Rama, aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana lagi. Aku terus-menerus dihantui oleh bayangan masa laluku.

Rama: (memegang tangan Maya) Ceritakan padaku, Maya. Apa yang terjadi?

Maya: (menangis) Aku selalu merasa bersalah atas kecelakaan yang menimpa keluargaku. Aku kehilangan kedua orangtuaku dalam kecelakaan mobil yang aku sebabkan. Bayangan itu selalu menghantuiku.

Rama: (mengusap punggung Maya) Maya, itu bukan sepenuhnya salahmu. Kita semua membuat kesalahan. Yang penting sekarang adalah bagaimana kita bisa belajar dari masa lalu dan memperbaiki diri.

(Scene berpindah ke Tono dan Linda yang sedang duduk di teras rumah.)

Tono: (mengelus jenggotnya) Linda, aku merasa hidupku seperti terjebak dalam kegelapan. Aku selalu berjuang dengan rasa takut dan keraguan yang menghantui pikiranku.

Linda: (tersenyum lembut) Tono, kita semua memiliki ketakutan dan keraguan dalam hidup. Tapi jangan biarkan itu menguasaimu. Kamu harus berani menghadapi dan mengatasi rintangan-rintangan itu.

(Scene berpindah ke dapur, Dinda sedang sibuk memasak. Pak Agus datang dan duduk di meja.)

Pak Agus: (menghela nafas) Setiap hari aku melihat orang-orang di desa ini, termasuk Maya dan Rama, berjuang dengan bayangan-bayangan masa lalu mereka. Mereka perlu menemukan cara untuk melepaskan diri dan mencari kebahagiaan.

Dinda: (menatap Pak Agus dengan penuh pengertian) Ya, Pak Agus. Kita sebagai penduduk desa harus saling mendukung dan membantu mereka menemukan jalan keluar.

Bab 2: Sore Hari di Puncak Gunung

(Scene di sore hari, Maya, Rama, Tono, dan Linda berada di puncak gunung yang indah. Mereka duduk di atas batu besar.)

Maya: (menghela nafas lega) Di tempat ini, aku merasa seolah-olah beban masa laluku terangkat. Aku merasa bebas dan mampu menghadapi masa depan dengan lebih baik.

Rama: (tersenyum) Puncak gunung ini mengajarkan kita untuk melihat ke depan, Maya. Kita tidak bisa mengubah masa lalu, tapi kita bisa memilih bagaimana kita menghadapi masa depan.

Tono: (bersemangat) Dan kita tidak sendirian dalam perjalanan ini. Kita memiliki satu sama lain untuk saling mendukung dan mengatasi rintangan-rintangan yang ada.

Linda: (tersenyum penuh semangat) Bersama-sama, kita bisa mengatasi bayangan-bayangan dalam diri kita dan mencapai kebahagiaan yang sejati.

(Scene berpindah ke malam hari, mereka berkumpul di sekitar api unggun.)

Bab 3: Pagi Hari di Desa Malasari

(Scene di pagi hari, di depan rumah Maya. Maya, Rama, Tono, dan Linda berdiri di depan orang-orang desa yang telah berkumpul.)

Maya: (mengangkat suara) Penduduk Desa Cemara yang terhormat, kami dengan bangga mempersembahkan "Bayangan Dalam Diri", sebuah perjalanan untuk melepaskan diri dari beban masa lalu dan mencapai kebahagiaan yang sejati.

Rama: (tersenyum) Kami mengajak kalian semua untuk bergabung dengan kami dalam perjalanan ini. Bersama-sama, kita bisa mengatasi rintangan-rintangan dan menciptakan masa depan yang lebih baik.

Tono: (bersemangat) Mari kita saling mendukung dan menginspirasi satu sama lain. Bersama-sama, kita bisa mengubah bayangan-bayangan dalam diri kita menjadi cahaya yang menerangi jalan kita.

Linda: (tersenyum penuh semangat) Terima kasih kepada semua yang telah mendukung kami. Bersama-sama, mari kita membangun desa ini menjadi tempat yang penuh dengan harapan dan kebahagiaan.

(Scene berakhir dengan tepuk tangan meriah dari penduduk desa yang hadir.)

Akhir dari naskah drama "Bayangan Dalam Diri"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun