Mohon tunggu...
Muh Dliyaul Haq
Muh Dliyaul Haq Mohon Tunggu... Guru - Qui docet discit

Qui docet discit

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

26 September 2024   06:24 Diperbarui: 26 September 2024   14:00 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) telah menjadi bagian integral dari sistem pendidikan saat ini, terutama sejak pandemi COVID19 yang memaksa sekolah-sekolah di seluruh dunia untuk beralih ke metode pembelajaran alternatif. PJJ menawarkan berbagai keunggulan, namun juga menimbulkan tantangan yang signifikan bagi guru dan peserta didik. Olehkarena itu, strategi yang efektif dalam mengelola pembelajaran jarak jauh sangat penting untuk memastikan bahwa proses belajar mengajar tetap berjalan lancar dan efektif.

Pertama-tama, salah satu langkah paling penting dalam mempersiapkan pembelajaran jarak jauh adalh memilih platform yang tepat untuk mendukung proses belajar. Pemilihan platform ini tidak bisa dilakukan sembarangan; guru harus mempertimbangkan beberapa faktor penting. Salah satu faktor utama adalah kondisi dan latar belakang peserta didik. Guru perlu memahami situasi setiap peserta didik, termasuk akses mereka terhadap teknologi seperti ponsel, laptop, dan koneksi internet yang stabil. Hal ini penting karena tidak semua peserta didik memiliki akses yang sama terhadap fasilitas tersebut, dan ktidaksetaraan ini dapat mempngaruhi efektivitas PJJ.Setelah memahami kondisi peserta didik, guru perlu memastikan bhw fasilitas pendukung yg diperlukan untuk PJJ tersedia. Ini termasuk memastikan bahwa peserta didik memiliki perangkat yang memadai untuk mengikuti kelas online, serta akses ke jaringan internet yang cukup kuat untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Jika fasilitas ini tidak tersedia, guru perlu mencari solusi alternatif, seperti pembelajaran hibrid atau penggunaan modul cetak untuk peserta didik yang tidak memiliki akses internet.
Langkah berikutnya adalah memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang cara memanfaatkan fasilitas yang mereka miliki utk mendukung pembelajaran. Ini mungkin tampak sederhana, tetapi dalam praktiknya, bnyk peserta didik yang belum terbiasa dengan penggunaan teknologi untuk tujuan belajar. Guru perlu memberikan panduan yang jelas dan praktis tentang cara menggunakan perangkat dan platform pembelajaran yang telah dipilih. Hal ini juga termasuk memberikan pelatihan atau orientasi kepada peserta didik tentang cara mengikuti kelas online, mengakses materi pembelajaran, dan berkomunikasi dengan guru dan teman sekelas.
Setelah semua persiapan tersebut dilakukan, guru dapat memilih platform yang paling sesuai untuk PJJ. Bebrapa platform populer yang sering digunakan dalam PJJ adalah Zoom Meeting, Cisco WebEx, YouTube Streaming, Skype, dan WhatsApp. Setiap platform memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, sehingga penting bagi guru untuk mempertimbangkan kebutuhan spesifik dari mata pelajaran yang diajarkan serta kemampuan teknis peserta didik dalam memilih platform yang paling sesuai.
Dalam pelaksanaan di lapangan, guru sering kali perlu menggunakan lebih dari satu platform untuk memaksimalkan efektivitas pembelajaran. Misalnya, untuk tujuan koordinasi dan pengiriman tugas, WhatsApp bisa menjadi pilihan yang efektif krn mudah digunakan dan banyak digunakan oleh peserta didik. Sementara itu, untuk pertemuan daring atau kelas interaktif, platform seperti Zoom Meeting atau Cisco Webex bisa menjadi pilihan yang lebih baik karena fitur-fiturnya yang mendukung diskusi dan presentasi secara real-time.
Namun, memilih platform saja tidak cukup. Guru juga perlu menerapkan strategi pembelajaran yang tepat untuk memastikan bahwa peserta didik tetap terlibat dan termotivasi dalam proses belajar. Salah satu konsep penting yang perlu diingat adalah konsep MAU (Mengondisikan, Mengaktifkan, dan Umpan Balik)
Mengondisikan berarti memastikan bahwa peserta didik siap untuk belajar. Ini bisa dilakukan dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, baik secara fisik maupun mental. Dalam konteks PJJ, mengondisikan bisa berarti memastikan bahwa peserta didik memiliki ruang belajar yang nyaman, bebas dari gangguan, dan siap secara mental untuk mengikuti pelajaran. Guru juga bisa menggunakan teknik-teknik pembuka untuk menarik perhatian peserta didik dan memotivasi mereka sebelum pelajaran dimulai.

Mengaktifkan adalah langkah berikutnya dalam konsep MAU. Ini berarti melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses belajar. Pembelajaran jarak jauh sering kali diidentifikasi dengan kegiatan pasif seperti mendengarkan ceramah atau menonton video, namun sebenarnya, PJJ bisa dan seharusnya menjadi lebih interaktif. Guru bisa menggunakan berbagai teknik untuk mengaktifkan peserta didik, seperti diskusi kelompok, presentasi, proyek kolaboratif, atau menggunakan platform interaktif yang memungkinkan peserta didik berpartisipasi secara aktif. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa peserta didik tidak hanya menjadi pendengar pasif, tetapi juga berkontribusi dan terlibat secara aktif dalam proses belajar.
Sementara Umpan Balik adalah elemen terakhir dalam konsep MAU. Ini adalah proses memberikan masukan yang konstruktif kepada peserta didik berdasarkan kinerja mereka. Umpan balik sangat penting dalam PJJ karena membantu peserta didik memahami di mana mereka berada dalam proses belajar, apa yang sudah mereka kuasai, dan apa yang masih perlu diperbaiki. Umpan balik juga memberi kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi dan perbaikan, sehingga proses belajar menjadi lebih efektif. Guru bisa memberikan umpan balik secara langsung selama kelas berlangsung atau melalui penilaian dan komentar pada tugas yang dikirimkan oleh peserta didik.
Selain itu, dalam mengelola PJJ, guru juga harus mempertimbangkan kondisi regional yang mungkin mempengaruhi aksesibilitas pembelajaran. Di sejumlah wilayah, ketersediaan akses internet mungkin terbatas atau bahkan tidak tersedia sama sekali. Dalam situasi seperti ini, guru tidak perlu memaksakan semua peserta didik untuk mengikuti kelas online. Sebagai alternatif, guru bisa mengatur pertemuan tatap muka secara berkala untuk memberikan penjelasan materi dan mendampingi peserta didik yang kesulitan memahami pelajaran. Pendekatan hibrida ini memungkinkan semua peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar, terlepas dari keterbatasan teknis yang mungkin mereka hadapi.
Selain tantangan teknis, PJJ juga dihadapkan pada sejumlah mitos yang dapat menghalangi keberhasilannya. Salah satu mitos yang umum adalah bahwa PJJ hanya bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi canggih seperti ponsel atau laptop. Padahal, PJJ tidak selalu memerlukan teknologi yang rumit; yang terpenting adalah bagaimana guru dapat menyampaikan materi secara efektif, baik melalui teknologi sederhana maupun metode konvensional seperti modul cetak. Mitos lain adalah bahwa hanya guru yang mahir teknologi yang bisa mengajar secara efektif dalam PJJ. Kenyataannya, semua guru bisa belajar dan mengadaptasi diri dengan teknologi, dan keterampilan ini bisa ditingkatkan seiring waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun