Mohon tunggu...
Muh Syifaun
Muh Syifaun Mohon Tunggu... Mahasiswa - hanya ingin menulis

*

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melihat Korupsi Dana Bansos dengan Kacamata Rakyat Kecil

28 April 2021   22:25 Diperbarui: 25 Februari 2022   08:03 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini pukul satu dini hari, aku masih terjaga sambil memadangi handphoneku, tak terasa jariku menekan sebuah pertal berita online dari twetter.

Berita yang aku baca tersebut berjudul Korupsi bansos yang dilakukan oleh pejabat pemerintah setempat, pikirku mungkin itu sebuah ke khilafan dan mungkin nanti uang korupsi akan di kembalikan ke kas negara lagi.

Keesokan harinya aku bersiap untuk kuliah pagi, aku merupakan mahasiswa salah satu perburuan tinggi swasta di Jogja. Setelah persiapan selesai akupun segera menyalakan motorku untuk dipanasi, tak berselang lama aku mendengar suara cekcok dari rumah tetanggaku pak Fani dan istrinya bu Rina.

Pak Fani dan Bu Rina merupakan keluarga dengan ekonomi pas-pasan, pak Fani bekerja sebagai guru PPKn di sebuah sekolah swasta dengan gaji yang terbilang kecil berbanding terbalik dengan tanggung jawabnya sebagai seorang guru mata pelajaran PPKn. Sementara bu Rina membuka toko kelontong di rumah sekaligus sebagai ibu rumah tangga. Pak fani dan bu Rina tinggal berempat dengan kedua anak laki-lakinya, anak pertama kelas satu SMA sedang anak kedua kelas tiga SMP.

Mendengarkan perdebatan tersebut naluri mengupingku pun timbul, setelah beberapa saat mendengarkan dengan seksama aku paham yang mereka perdebatkan ternyata perihal biaya SPP sekolah kedua putranya yang mulai jatuh tempo, dari pak Fani ingin meminjam uang terlebih dahulu untuk menutup SPP sedangkan dari bu Rani bersikeras ingin meminta kebijaksanan sekolah untuk menunda kewajiban SPP setidaknya untuk bulan ini.

Tak terasa jam sudah menunjukan pukul delapan aku pun bergegas memacu sepeda motorku menuju kampus.

Setelah perkuliahan selesai aku berbincang dengan teman kelasku ia bernama Anton. Dalam perbincangan tersebut Anton bercerita sebelum berangkat ke kampus ia bertemu orang gila, orang gila tersebut bernama Supri menurut anton, Supri berperawakan kurus kering dengan jenggot tebal.

Supri tidak mau diberi makan dengan cara diulurkan tangan, tetangga yang iba biasanya meberi makanan dengan menaruh makanan yang akan di berikan di tanah begitu saja .

Menurut Anton, Supri dulu orang yang baik yang membuat orang di sekitarnya menghormatinya. Supri menikahi Risma yang juga satu kampung denganya, dari pernikanya tersebut mereka dikaruniai seorang anak yang saat ini sudah kelas 6 SD.

Supri mulai terlihat sering ngelamun setelah ia di phk dari tempat ia bekerja. Beberapa minggu kemudian Supri mulai terlihat tidak waras ia sering berjalan tanpa tujuan dan memungut makanan sisa dari tempat sampah yang kemudian ia sembunyikanya di balik bajunya.

Tetangganya yang mulai heran pun mulai berdatangan menemui istrinya Risma , kemudian Risma bercerita tiga hari sebelum Supri menjadi tidak waras mereka sekeluarga harus menahan lapar selama tiga hari karena tidak ada uang yang tersisa lagi untuk membeli makan dalam bentuk apapun,mereka menahan lapar dengan hanya meminum air putih saja. Melihat anak dan istrinya kelaparan Supri berujar kepadaya Risma bawasanya ia telah gagal .

Risma bercerita sehari sesudah diphk Supri sudah melalang buana mencari pekerjaan di mana saja akan tetapi selalu di tolak sedangkan untuk membuka usaha sendiri ia tidak punya modal, uang sisa kerjanya selama ini hanya cukup untuk kebutuhan pokok seminggu. Menurut pemaparan Risma, Supri merupakan orang yang pemalu ia malu jika harus meminta-minta makan ke tetangganya.

Sampai suatu ketika ada tetangga yang memberikan nasi kotak kepada mereka Supri pun memilih berpuasa dan meminta anak istrinya memakan nasi kotak pemberian tersebut.

Risma merasa Supri bersyukur ada yang memberi nasi kotak kepadanya paling tidak untuk mengganjal perut mereka setelah berpuasa selama tiga hari, ternyata dugaan Risma salah Supri terlihat putus asa usahanya mencari pekerjaan belum mebuahkan hasil sedangkan sekeluarga mulai kelaparan.

Keesukan harinya Supri mulai terlihat tidak waras ia sering berbicara sendiri, tatapanya kosong, kadang ia berjalan tanpa tujuan.

Menyadari kesulitan yang di alami keluarga Risma tetangga mulai bahu-membahu membantu menopang ekonomi keluarganya.

Saat ini Risma di bantu tetangganya membuka usaha menjahit di lingkunganya'ujar Anton.

Setelah mendengar cerita Anton akupun segera bergegas pulang. Di tengah perjalanan aku melihat seorang anak yang panas-panasan menjajakan kue kepada pengendara motor di lampu merah. Seketika aku bertanya dalam hati "Kenapa ia mau melakukan seperti ini?", apakah ia anak sebatang kara?", seandainya ia sebatang kara apakah dia terdata dalam daftar penerima bansos dari pemerintah?", pikirku sambil melanjutkan perjalanan pulang.

Malam harinya aku mulai merenung menghubungkan kisah-kisah dan peristiwa yang aku alami siang tadi yang kemudian aku hubungkan lagi dengan berita korupsi bansos yang aku baca dini hari tadi.

Pandanganku tentang korupsi dana bansos yang sebelumnya aku anggap sesuatu yang mungkin hanya sebuah kekhilafan dan mungkin uang tersebut akan kembali ke kas negara lagi berubah 180 derajat setelah apa yang aku alami dan apa yang aku dengar siang tadi.

Malam ini aku menyimpulkan korupsi dana bansos merupakan perbuatan yang sangat keji dan tidak manusiawi. Bagaimana mungkin seorang pejabat yang digaji tinggi dengan uang rakyat yang bahkan 0,01 gajnya mungkin setara dengan uang yang di peroleh anak yang menjajakan kue di lampu merah yang aku temui tadi siang, tega merampas hak rakyat yang terbilang sangat kecil dan mungkin hanya mampu menutup kebutuhan rumah tangga selama satu hari saja. Seandainya pejabat yang melakukan korupsi bansos tersebut mengembalikan uang yang ia curi pun tidak akan merubah cara pandangku terhadapnya,hal itu karena yang bersangkutan sudah melanggar moral dan etika.

Korupsi dana bansos merupakan perbuatan keji , untuk orang kecil seperti keluarga Supri maupun pak fani aliran dana bansos yang terbilang kecil tersebut dirasa sangat berarti untuk menyambung hidup.

Mungkin para pejabat di atas sana perlu menanggalkan sikap elitisnya dan mencoba terjun langsung kemasyarakat dengan begitu mereka dapat merasakan pedihnya perjuangan orang-orang kecil hanya untuk sekedar bertahan hidup. Mungkin dengan cara itu dapat mencegah kasus yang serupa ter ualang kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun