Mohon tunggu...
Muh Syifaun
Muh Syifaun Mohon Tunggu... Mahasiswa - hanya ingin menulis

*

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melihat Korupsi Dana Bansos dengan Kacamata Rakyat Kecil

28 April 2021   22:25 Diperbarui: 25 Februari 2022   08:03 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pentingya etika politik untuk para pemegang kekuasaan sebagai penghalau kabut kelam kejahatan korupsi di Indonesia-dokpri

Tetangganya yang mulai heran pun mulai berdatangan menemui istrinya Risma , kemudian Risma bercerita tiga hari sebelum Supri menjadi tidak waras mereka sekeluarga harus menahan lapar selama tiga hari karena tidak ada uang yang tersisa lagi untuk membeli makan dalam bentuk apapun,mereka menahan lapar dengan hanya meminum air putih saja. Melihat anak dan istrinya kelaparan Supri berujar kepadaya Risma bawasanya ia telah gagal .

Risma bercerita sehari sesudah diphk Supri sudah melalang buana mencari pekerjaan di mana saja akan tetapi selalu di tolak sedangkan untuk membuka usaha sendiri ia tidak punya modal, uang sisa kerjanya selama ini hanya cukup untuk kebutuhan pokok seminggu. Menurut pemaparan Risma, Supri merupakan orang yang pemalu ia malu jika harus meminta-minta makan ke tetangganya.

Sampai suatu ketika ada tetangga yang memberikan nasi kotak kepada mereka Supri pun memilih berpuasa dan meminta anak istrinya memakan nasi kotak pemberian tersebut.

Risma merasa Supri bersyukur ada yang memberi nasi kotak kepadanya paling tidak untuk mengganjal perut mereka setelah berpuasa selama tiga hari, ternyata dugaan Risma salah Supri terlihat putus asa usahanya mencari pekerjaan belum mebuahkan hasil sedangkan sekeluarga mulai kelaparan.

Keesukan harinya Supri mulai terlihat tidak waras ia sering berbicara sendiri, tatapanya kosong, kadang ia berjalan tanpa tujuan.

Menyadari kesulitan yang di alami keluarga Risma tetangga mulai bahu-membahu membantu menopang ekonomi keluarganya.

Saat ini Risma di bantu tetangganya membuka usaha menjahit di lingkunganya'ujar Anton.

Setelah mendengar cerita Anton akupun segera bergegas pulang. Di tengah perjalanan aku melihat seorang anak yang panas-panasan menjajakan kue kepada pengendara motor di lampu merah. Seketika aku bertanya dalam hati "Kenapa ia mau melakukan seperti ini?", apakah ia anak sebatang kara?", seandainya ia sebatang kara apakah dia terdata dalam daftar penerima bansos dari pemerintah?", pikirku sambil melanjutkan perjalanan pulang.

Malam harinya aku mulai merenung menghubungkan kisah-kisah dan peristiwa yang aku alami siang tadi yang kemudian aku hubungkan lagi dengan berita korupsi bansos yang aku baca dini hari tadi.

Pandanganku tentang korupsi dana bansos yang sebelumnya aku anggap sesuatu yang mungkin hanya sebuah kekhilafan dan mungkin uang tersebut akan kembali ke kas negara lagi berubah 180 derajat setelah apa yang aku alami dan apa yang aku dengar siang tadi.

Malam ini aku menyimpulkan korupsi dana bansos merupakan perbuatan yang sangat keji dan tidak manusiawi. Bagaimana mungkin seorang pejabat yang digaji tinggi dengan uang rakyat yang bahkan 0,01 gajnya mungkin setara dengan uang yang di peroleh anak yang menjajakan kue di lampu merah yang aku temui tadi siang, tega merampas hak rakyat yang terbilang sangat kecil dan mungkin hanya mampu menutup kebutuhan rumah tangga selama satu hari saja. Seandainya pejabat yang melakukan korupsi bansos tersebut mengembalikan uang yang ia curi pun tidak akan merubah cara pandangku terhadapnya,hal itu karena yang bersangkutan sudah melanggar moral dan etika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun