Mohon tunggu...
Muh Fahrurozi
Muh Fahrurozi Mohon Tunggu... Human Resources - Penikmat Kopi

Hanya manusia biasa yang ingin mati dengan damai, sebab hidup adalah proses panjang dari bagaimana cara kita mati.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

77 Tahun Indonesia; Pemuda dan Janji Kemerdekaan yang Belum Usai

16 Agustus 2022   12:52 Diperbarui: 21 April 2023   16:25 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalih Demokrasi tentu tak tepat dijadikan alasan bila senyatanya yang lantang bicara adalah yang punya modal besar; persaingan bebas tentu bukan alasan menindas rakyat sendiri.

Sebagai rakyat, tentu saya paham betul bahwa memimpin negara bukan urusan mudah. Tak soal seberapa besar akumulasi kekuatan negara dari sumber daya alam, sumber daya manusia, hingga sistem-sistem dari rancangan cerdas politisi-politisi kita yang menghasilkan bangunan kokoh sebagai tempat perkantoran pegawai-pegawai BUMN, jika kita belum bisa merdeka secara politik, apa lah arti dari kekuatan-kekuatan itu?

Tentu kta semua sudah cukup jenuh dengan tradisi saling menyalahkan; dimana rakyat menyalahkan pemerintah dan pemerintah menuduh rakyat yang salah dan malas bekerja. Tapi apa yang bisa diperbuat di 77 tahun kemerdekaan kita dari penjajah asing, saat keturunan-keturunan para pejuang kita berubah menjadi kolonial yang lebih kejam dari asing? Apa yang bisa dipikirkan dan dilakukan rakyat saat mereka disibukkan dengan perut dan biaya sekolah anak?

77 tahun kita lepas dari asing. 77 tahun sudah berlalu saat sang proklamator mengumandangkan bahwa Indonesia telah merdeka. Sekarang 2022, dan kemerdekaan masih sekedar janji. Apa yang bisa kita sebagai pemuda-pemuda bangsa lakukan? Membuat event, lomba ini dan lomba itu, rapat ini dan rapat itu; apakah kita semakin dekat dengan kemerdekaan atau semakin jauh? Ah (barangkali) pertanyaan semacam ini tidak lebih penting dari meriahnya pesta rakyat dan kemegahan upacara di Istana juga di Pendopo Bupati dan Kantor Walikota.

Sebagai bagian dari generasi muda, kita perlu terus ikut memikirkan masa depan bangsa. Hal ini bisa dimulai dengan memperbaiki diri dan mulai peduli terhadap situasi kebangsaan; jangan lagi ada pemuda yang tak melek politik apalagi anti. Jangan lagi ada pemuda yang tak mau berpikir. Kenapa harus yang muda? Sebab idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh pemuda (Tan Malaka). Idealisme itu kemudian menjadi dasar bagi pemuda dalam melihat dinamika bangsa: bahwa penjajahan, entah dalam skala kecil dan besar, yang kabur dan yang terang, tetaplah watak kolonial yang harus dilawan; karena kemerdekaan, seperti bunyi pembukaan UUD 1945 adalah hak segala bangsa.

#MERDEKA!!!
#Dirgahayu NKRI Ke 77 Tahun

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun