Mohon tunggu...
Muh Fahrurozi
Muh Fahrurozi Mohon Tunggu... Human Resources - Penikmat Kopi

Hanya manusia biasa yang ingin mati dengan damai, sebab hidup adalah proses panjang dari bagaimana cara kita mati.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sebuah Ilustrasi untuk Mahasiswa

1 Februari 2019   20:32 Diperbarui: 3 Februari 2019   10:47 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ilustrasi (Sumber: Google.com)

Mahasiswa hari ini seperti kumpulan dari kelompok-kelompok domba, sementara penguasa adalah serigala.

Kita kembali ke zaman orde lama dan orde baru. Bagaimana kelompok-kelompok domba itu saling bekerja sama walaupun berbeda aliran tapi tetap satu tujuan, yaitu untuk keadilan dan kemaslahatan umat. 

Sehingga yang terjadi bagaimanapun garangnya serigala, tidak akan berani menghadapi banyaknya domba yang banyak. Sehingga jelas, perjuangan yang mereka lakukan membuahkan hasil, mereka mampu menurunkan rezim otoriter yang berkuasa saat itu.

Kemudian, bagaimana jika kita bandingkan bagaimana domba-domba yang dulu dengan sekarang? Domba-domba yang terlihat hari ini, bukanya saling bahu membahu untuk melawan rezim otoriter  yang berkuasa, akan tetapi lebih banyak yang saling menjatuhkan satu sama lainya. 

Sehingga jangan heran aksi protes yang dilakukan oleh mahasiswa hari ini tidak pernah di dengarkan dan malah pemerintah semakin memunculkan aturan-aturan baru yang semakin menindas dan tidak merakyat. Bagaimana tidak? Yang dilihat oleh serigala hanya sekelompok domba kecil yang terpisah-pisah. Tentu saja mereka tidak peduli.

Kalau gerakan kita masih seperti sekarang ini, saya berani katakan bahwa tidak ada untungnya kita turun kejalan kawan, itu hanya membuat kita capek dan lelah sendiri. 

Ditambah lagi ketika tempat aksi yang dilakukan berada dibawah panas matahari yang menyengat, kulit di banjiri keringat. Yakin dan percaya mereka(penguasa) tidak akan turun melihat apa yang kita perjuangkan. 

Mereka hanya akan melihat keluar dari kaca jendela mereka yang mewah dan ruangan berAC. Kalaupun turun, hal itu supaya aksi yang dilakukan cepat bubar karena dapat mengganggu penghasilan mereka yang akan masuk.

Arah perjuangan kita sekarang tidak hanya dengan aksi protes dengan turun ke jalan untuk berdemonstrasi. Selain dari itu kita perlu menyadari bahwa kita juga adalah sebagai generasi yang nantinya menjadi penerus bangsa adalah mulai hari ini memperbaiki kualitas diri dan moralitas. 

Untuk itu mari kita sama-sama terus belajar, ketika kita masuk dalam lingkungan kekuasaan nantinya, maka disitulah kita bisa merubah tatanan kebijakan yang tidak pro rakyat/mahasiswa.

Kalaupun hal itu dinilai lama, maka tetu saja jalan kedua adalah bagaimana saling bekerja sama, membentuk aliansi besar seperti yang pernah di contohkan oleh senior-senior kita dulu. 

Hilangkan setiap ego kelompok; meleburkan diri menjadi satu komando masa aksi. Seperti yang dilakukan oleh senior-senior kita pada tahun 10 januari 1966 yang membuat Sukarno kemudian melahirkan Tri Tuntutan Rakyat yang kemudian di kenal sebagai Tritura, dan 21 Mei 1998 yang melahirkan Tragedi Trisakti yang melengserkan Suharto.

Panjang umur perlawan.

Panjang umur perjuangan.

Salam Demokrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun