Oleh: Muh Salman Alfarisi dan Iyan Sofyan
(Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris dan Dosen PG PAUD) Universitas Ahmad Dahlan
Pertama-tama, teknologi telah membuat pendidikan menjadi lebih mudah diakses dan inklusif. Pembelajaran daring mengambil alih sebagai sarana utama untuk melanjutkan pendidikan setelah epidemi COVID-19 memaksa penutupan sekolah bagi hampir 1,5 miliar siswa di seluruh dunia, menurut data UNESCO.Â
Selama epidemi, terjadi peningkatan jumlah pengguna di situs web seperti Coursera dan Khan Academy, yang menunjukkan bahwa banyak siswa yang mencari cara berbeda untuk belajar di rumah.Â
Dengan penggunaan teknologi, anak-anak yang tinggal di tempat yang jauh atau memiliki keterbatasan fisik dapat menerima pendidikan yang setara dengan siswa di kota-kota besar.
Mahasiswa sangat menghargai fleksibilitas waktu dan lokasi yang diberikan oleh pembelajaran online. Menurut survei Kompasiana, 70% persen mahasiswa menghargai fleksibilitas yang ditawarkan oleh kursus online, yang memungkinkan mereka mengatur waktu belajar sesuai dengan kebutuhan mereka.Â
Hal ini sangat membantu bagi mereka yang memiliki kewajiban keluarga atau harus bekerja sambil kuliah. Dengan demikian, teknologi membuat pendidikan lebih mudah diakses dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat kontemporer
Teknologi membuat proses pembelajaran menjadi lebih dinamis dan menarik. Materi pembelajaran online lebih mudah dipahami dan menarik bagi siswa jika menggunakan video, animasi, dan simulasi.Â
Menurut penelitian MIT, menggunakan video pembelajaran daripada metode tradisional dapat meningkatkan pemahaman siswa hingga 50%. Dengan penggunaan teknologi seperti virtual reality (VR) dan augmented reality (AR), siswa dapat mengalami skenario dunia nyata dalam suasana yang aman, seperti melakukan eksperimen sains atau mengunjungi lokasi bersejarah.
Ada beberapa masalah yang perlu diselesaikan meskipun ada banyak keuntungan. Masalah utama adalah "kesenjangan digital", di mana sejumlah besar siswa di negara-negara terbelakang tidak memiliki akses ke gadget atau internet yang memadai.Â
Sekitar 2,2 miliar anak di seluruh dunia tidak memiliki akses ke internet di rumah, menurut data UNICEF. Hal ini menekankan bahwa dibutuhkan lebih banyak dana untuk layanan dukungan dan infrastruktur digital untuk menjamin bahwa semua siswa dapat memanfaatkan pembelajaran online.