Mohon tunggu...
Ikky Z
Ikky Z Mohon Tunggu... Penulis - Writer/Jurnalis

Hobi saya adalah membaca, menulis, dan bermain bola. Saya juga tertarik sama isu-isu politik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Gaya Elitis Vs Merakyat, Mana yang Lebih Memikat Khalayak? (Symbolic Interaction- SI)

18 September 2024   14:07 Diperbarui: 18 September 2024   17:17 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai seorang calon atau politisi pada umumnya banyak yang  tampil dengan penuh kesederhanaan. Strategi ini bisa dikatakan sebagai strategi yang sangat kontekstual, sebab umumnya yang ditemui ialah ketika seseorang itu sudah menjabat sebagai politisi (pejabat) mereka selalu identik dengan gaya hidup yang terbilang mewah.

Sangat sering dijumpai para politisi tampil dengan gaya yang elitis dan nampak kontradiktif dalam keadaan masyarakat yang masih banyak berada dalam pusaran kesusahan (kemiskinan).

Konsekuensi logis dari pola hidup yang elit ini, cenderung menciptakan kesenjangan bahkan jarak antara para politisi dengan masyarakat atau rakyat yang harus menjadi "tuan" mereka.

Pemandangan demikian semestinya tidak terjadi sebab secara mendasar para politisi merupakan pesuruh atau mereka yang diberikan mandat untuk mewakili serta menyampaikan aspirasi dari rakyat itu sendiri.

Olehnya, penting seorang calon politisi memperhatikan pola hidup dan penampilannya karena sedikit banyaknya hal demikian yang bisa menciptakan persepsi masyarakat terhadap para politisi.

Ujung dari strategi kesederhanaan ini ialah menimbulkan persepsi positif dari masyarakat kepada seorang politisi. Sebab tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian masyarakat akan memilih dan bertindak kepada para politisi tergantung seperti apa persepsi mereka terhadap para politisi itu sendiri.

Hal ini sejalan yang dikatakan oleh George Herbert Mead dalam West (2018) yang disebut sebagai Symbolic Interac-tion/SI teory atau teori interaksi simbolik. Interaksi adalah istilah dan garapan sosiologi, sedangkan simbolik adalah garapan komunikologi atau ilmu komunikasi.

Kontribusi utama sosiologi pada perkembangan ilmu psikologi sosial yang melahirkan perspektif interaksi simbolik. Interaksi simbolik adalah teori yang melihat realitas sosial yang diciptakan manusia. Sedangkan manusia sendiri mempunyai kemampuan untuk berinteraksi secara simbolik, memiliki esensi kebudayaan, saling berhubungan, bermasyarakat, dan memiliki buah pikiran.

Setiap bentuk interaksi sosial dimulai dan berakhir dengan mempertimbangkan diri manusia. (Fisher, 1986).Teori ini menjelaskan bahwa umumnya orang-orang termotivasi untuk bertindak berdasarkan pada makna yang mereka berikan pada orang, benda dan peristiwa.

Dengan kata lain sejauh dan seperti apa persepsi seseorang terhadap orang lain maka begitu jugalah tindakan yang akau dia lakukan. Sehingga dengan pola hidup yang sederhana itu akan bermuara pada hal yang baik, sebab kesederhanaan dalam budaya masyarakat indonesia memiliki konotasi yang baik dan positif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun