Ponselku berdering siang itu,dilayarnya yang mungil tertera nama penelpon,kakak sepupu yang jauh disana tiba-tiba menelpon.Biasanya kalau orang yang satu ini menelpon berarti ada penting,entah urusan keluarga atau urusan lain.
"apa kabar dik,dimana posisi sekarang,masih di kantor?"
"tidakji kak,ini lagi duduk-duduk di pantai" balasku.Memang siang itu saya lagi duduk di Pantai Lamalaka sambil menikmati es teler.Siang itu saya sebenarnya berencana untuk berangkat memancing tetapi panasnya matahari yang menyengat membuat gerah luar biasa,apalagi kalau ditengah laut yang terbuka.Pemanasan global membuat suhu naik beberapa derajat.Akibat ulah manusia juga.
"ada apa kak,tidak biasanya menelpon siang-siang?"
"ah tidak apa-apa,saya cuma mau menyampaikan kalau si Nita kemenakanmu sekarang lagi KKN di Sinjai,siapa tahu kamu kesana tolong singgah jenguk,dia di Kec.Bikeru".
"oh begitu,nanti saya lihat situasinya.Hanya saja saya tidak pernah sampai kesana,paling jauh sekarang hanya sampai di Kota Bulukumba".
"untuk apa?"
"saya sekarang ada kerjasama dengan salah seorang teman,dia punya usaha menjual alat-alat pancing dan nelayan,makanya saya sering kesana."
"yah,itulah dik,itulah juga yang menjadi keresahan saya,bagaimana nanti dengan anak-anak ini,mereka telah KKN dan sebentar lagi selesai tentu mereka akan butuh pekerjaan,apakah bisa mereka jadi pegawai,saya khawatir mereka bakal menganggur".
Pegawai? Saya jadi tercenung,apakah pemikiran menjadi pegawai begitu meresahkan para orang tua,sehingga mereka harus cemas akan nasib anak-anak mereka jika kelak menjadi sarjana.
Indonesia yang begitu luas dengan segala potensi alamnya ternyata sampai sekarang tetap tidak membuat orang tertarik untuk mengelola dengan maksimal dan percaya diri bahwa mreka bisa hidup makmur dengan usahanya sendiri,sehingga yang disebut sebagai pekerjaan hanyalah pegawai terutama pegawai negeri.
Tidak dipungkiri memang,bahwa menjadi pegawai negeri bagi sebagian orang berarti perbaikan nasib dan peningkatan kesejahteraan.Orang dengan mudah bisa memiliki kendaraan,rumah dan segala perabotan kelas menengah lainnya jika berhasil menjadi pegawai.Dana pensiun yang menjamin masa tua,adalah hal yang paling dikejar-kejar.Asuransi kesehatan untuk seluruh anggota keluarga adalah dambaan setiap orang,karena pemegang polis asuransi ini akan mendapat layanan kesehatan di rumah sakit lebih layak daripada pasien umum,dan segala kelebihan lainnya yang membuat orang rela berkorban apa saja demi untuk mendapatkannya.Tapi bukankah semua itu bisa juga peroleh dengan rajin menabung? Aha,itu yang orang lupakan.Mereka maunya hidup instan,cepat kaya dan cepat sukses.Malas berlama-lama dalam berusaha dan tidak sabar dalam menabung.
Penulis lalu menyampaikan kepada kakak sepupu bahwa janganlah terlalu khawatir akan pekerjaan.Cukup banyak hal yang bisa dikerjakan,tergantung kreatifitas saja.Pengalaman penulis sendiri membuktikan jika seandainya penulis tidak punya sedikit kreatifitas mungkin tidak akan seperti sekarang.Meski bukan pegawai negeri tetapi alhamdulillah sudah bisa membangun rumah sendiri dan yang satunya lagi dikontrakkan.Anak-anak kita itu seharusnya dilatih untuk menciptakan sendiri pekerjaan dan pendapatannya sejak awal,mereka sudah cukup dewasa untuk berfikir dan terutama jangan malu untuk memulai.Seorang sarjana lulusan perguruan tinggi mestinya membekali diri dengan jiwa wiraswasta,sehingga mereka punya pilihan ketika memasuki lapangan kerja sehinggatidak lagi diliputi kecemasan setelah hari wisuda selesai.
Penulis sendiri ketika masih kuliah bertekad mempelajari cara hidup berjaringan dengan mencari tahu jaringan para pedagang yang penulis kenal dan mempelajari cara kerja mereka.Sehingga ketika belum mendapatkan pekerjaan yang di incar tetap ada pekerjaan yang bisa dilakukan dan penghasilan yang bisa didapatkan.Hal seperti inilah yang selama ini dilupakan oleh sebagian besar generasi muda dan orang tua,mereka terlena dengan mimpi bahwa kelak setelah jadi sarjana mereka akan bekerja dibelakang meja dalam ruangan ber AC,perintah hanya melalui tanda tangan dan semuanya akan selesai.Betapa banyak orang tua dan sarjana yang akhirnya menjadi frustasi karena telah capek melamar kesan kemari tanpa hasil.Akhirnya menjadi manusia apatis yang tidak berguna karena tidak mampu menghasilkan apa-apa,padahal kalausedikit cermat lapangan kerja dapat kita buat sendiri.
Penulis sendiri kini alhamdulillah telah merasakan hasil kreatifitas itu,persiapan-persiapan semasa kuliah yang dilakukan untuk menjemput masa sarjana sangat berguna sekali.Tanpa terikat sebagai pegawai instansi manapun ternyata mampu juga menghidupi keluarga,dapat juga merasakan beberapa hal yang menurut orang-orang hanya bisa dilakukan oleh orang kaya, tanpa perlu penulis lebih dahulu menjadi kaya raya.Misalnya mengajak keluarga merasakan suasana Ibukota Jakarta selama beberapa hari.
Terbukti benarlah kata pepatah "dimana ada kemauan disitu ada jalan".
Wallahu a'lam bissawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H