Mohon tunggu...
Mugy Nugraha
Mugy Nugraha Mohon Tunggu... Dosen - Dosen UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Ilmu Bahasa Arab

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Memahami 'Thabaqat Al-Nahwiyyin Wa Lughawiyyin'

31 Desember 2022   22:20 Diperbarui: 31 Desember 2022   22:21 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Thabaqah menurut bahasa berarti tingkatan, sedangkan menurut istilah, banyak ulama memberikan definisi yang digunakan, salah satunya seperti yang kemukakan oleh al-Jauhari yaitu thabaqah adalah golongan atau tingkatan-tingkatan manusia. Sedangkan Kholil bin Ahmad mendefinisikan thabaqah dengan suatu kondisi seseorang dalam posisi atau tingkatan tertentu, dimana manusia satu dan yang lainnya berbeda-beda. 

Istilah thabaqah berkembang dalam penggunaanya, ,thabaqat digunakan untuk menjelaskan tingkatan kelompok suatu komunitas yang didasarkan pada klasifikasi kajian keilmuan, ulama hadis mengistilahkan dengan thabaqah al-muhadditsin, ulama nahwu dan lughah dengan thabaqah al-Nahwiyyn wa al-Lughawiyyn dan ahli tafsir dengan thabaqah al-mufassirin. Bahkan thabaqat digunakan berdasarkan waktu/kurun dan tempat para ulama hidup.

Seperti Thabaqah Sahabat dan Thabaqah al-Syammiyyin. Namun demikian, istilah thabaqat tetap berada dalam pemaknaan dan pembahasan yang sama, yaitu: ilmu yang membahas pengelompokan ulama berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang menghubungkan atau membedakan antara satu dengan yang lainnya.

Thabaqat al-Nahwiyyn wa al-Lughawiyyn merupakan suatu pengelompokan para ahli nahwu dan lughah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan penulis, baik berdasarkan tempat, tahun/masa, madzhab dan sebagainya. Latar belakang munculnya penyusunan kitab thabaqah ini dipicu oleh keinginan penulis untuk mengetahui biografi para Nahwiyyn dan lhgawiyin secara menyeluruh, simpel, comprehensip dalam bentuk yang sangat ringkas. 

Pada waktu itu sudah banyak ditemukan kitab-kitab biografi ahli nahwu, lughah dan sastra, tetapi  kitab-kitab tersebut kurang bernilai praktis; antara lain Musnad al-Nahwiyyn yang disusun oleh Abu Abdillah Muhammad ibn Imran al-Murjabani. Kitab tersebut terdiri dari 19 jilid, al-Zaubaidi tertarik untuk menyederhanakan kitab tersebut, karena kitab itu menurutnya biografinya sedikit dalam volume yang sangat besar.

Pada abad ke-4 hijrah, disusun dua kitab yang menjelaskan ahli nahwu dan lughah, yaitu:  pertama, Kitab Maratib al-Nahwiyyn yang di susun oleh Abu Thayyib, kitab tersebut disusun berdasarkan manzilah keilmuan mereka yang disandarkan pada riwayat, dengan kata lain berdasarkan sambung-menyambungnya sanad dari guru-guru mereka.

Kedua, Thabaqat al-Nahwiyyn wa al-Lughawiyyn yang disusun oleh al-Zubaidi, Kitab tersebut disusun berdasarkan thabaqat dan madzhab, memisahkan antara  ahli nahwu dengan ahli lughah (mufradat), di sisi lain kitab ini pun memisahkan pembahasan aliran-aliran nahwu bab demi bab; diawali dengan ulama bashrah, kufah, Qarawiyin (Tunisia) kemudian andalusia (Spanyol).

Setiap ulama yang disebutkan dalam kitab ini dicantumkan pula para gurunya, murid-muridnya, karya-karya, periwayatannya terhadap khabar dan disertai pula dengan tahun lahir dan tahun wafat. Pentahqiq kitab ini memberikan sambutan yang positif, ia mengatakan "belum ada sebelumnya kitab yang menggunakan sistematika seperti kitab ini, sehingga kitab ini layak menjadi rujukan utama dibidang sejarah nahwu.

Demikianlah sepintas mengenai istilah thabaqat al-Nahwiyyin dan Lughawiyyin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun