Mohon tunggu...
Mugniar
Mugniar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mamak Blogger

Ibu dari 3 anak dan penulis freelance yang berumah maya di www.mugniar.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yun Pratiwi, Dewi dari Hutan Borneo

19 Agustus 2024   07:57 Diperbarui: 19 Agustus 2024   08:04 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: indonesiana.id

"Ekowisata bisa menciptakan mata pencaharian yang berkelanjutan untuk masyarakat adat sekaligus melindungi alam di Kalimantan. Ini adalah solusi yang adil bagi alam dan masyarakat adat," Yun Pratiwi menuturkan pemikirannya kepada tim SATU Indonesia Awards 2022.

Bermula dari Keresahan


Pada tahun 2015, terjadi kebakaran lahan di Kalimantan Tengah. Waktu itu Yun masih berumur 21 tahun. Yun gelisah melihat kerusakan alam dan ketidakadilan yang menimpa masyarakat adat Dayak.

Sebagai bagian dari komunitas adat, kejadian ini sangat mengguncang hatinya.

Rasa gelisah menyeruak dalam dirinya melihat deforestasi serta kerusakan hutan dan alam yang terjadi. Sebagai generasi muda, ia terdorong untuk turut serta dalam upaya menghentikan kerusakan lingkungan dan ketidakadilan yang dialami oleh masyarakat adat Dayak.

Pada tahun yang sama, Yun mendirikan Central Borneo Guide (CBG), sebuah organisasi yang berfokus pada layanan ekowisata yang menekankan kearifan lokal adat. Organisasi ini bertujuan menghidupkan kembali tiga elemen utama dalam kearifan lokal, yaitu makanan, tanah, dan pengelolaan lingkungan.

Dalam program ekowisata yang ditawarkan CBG, para peserta diajak mengenal budaya Dayak, juga flora dan fauna yang terdapat di hutan dan desa-desa sekitar. Misinya adalah untuk menawarkan wisata unik dan berkesan di pulau Kalimantan yang ramah lingkungan dengan kearifan lokal, menyediakan lapangan kerja yang berkualitas bagi masyarakat lokal, dan juga mendukung pelestarian budaya Dayak.

Yun kemudian menjalin kolaborasi dengan Permaculture Kalimantan, sebuah organisasi yang berpengalaman dalam mengembangkan produk-produk ramah lingkungan. Tujuan kolaborasi ini adalah menyediakan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat adat serta mengembangkan produk lokal khas Kalimantan Tengah.

Selama ini, banyak masyarakat adat Dayak bergantung pada pendapatan dari ekowisata. Namun, selama pandemi, kegiatan ini terhenti total, menyebabkan pemandu wisata lokal dan pemilik penginapan kehilangan sumber pendapatan. Oleh karena itu, Yun menginisiasi relief ekowisata skala kecil melalui permakultur dan pengembangan produk berkelanjutan, dengan harapan terciptanya perubahan dalam pariwisata berbasis ekowisata yang melibatkan masyarakat adat Dayak di Kalimantan Tengah.

Sebelum memulai program ini, Yun melakukan pendekatan intensif dengan masyarakat adat, berdiskusi untuk memahami potensi desa, dan berbagi pengalaman serta keahlian melalui pelatihan-pelatihan yang diadakan untuk warga desa.

Sejak tahun 2019, Yun juga mengelola program ekowisata di Borneo Nature Foundation, sebuah organisasi non-profit yang fokus pada penelitian dan konservasi. Organisasi ini bertujuan untuk mengelola dan memulihkan hutan hujan tropis, melindungi satwa liar dan lingkungan, serta menjaga kelestarian budaya asli Kalimantan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun