Saya terkejut ketika mengetahui sejumlah peserta, termasuk pegawai baru yang mengikuti kelas saya sudah resign, sisa 70% yang bertahan.
Oktober lalu saya mengisi kelas bertopik membuat postingan medsos yang menarik di perusahaan milik Muhammad Iqbal, kawan lama saya. Tujuannya, agar para pegawai gen Z itu bisa memasarkan produk-produk perusahaan.
Sangat disayangkan karena di antara mereka ada yang berpotensi dan sudah diidentifikasi Iqbal untuk dibina agar berkembang pengetahuan dan kemampuannya namun memilih resign.
3 Jenis Alasan Gen Z Jadi Kutu Loncat
Mengapa kaum gen Z ini mudah resign dari pekerjaan? Begitu mudahnya mereka undur diri walaupun masa kerja belum genap 1-3 bulan. Setelah mengulik, saya menemukan 3 jenis alasan mengapa mereka mengundurkan diri:
1. Internal
Alasan yang berasal dari diri gen Z mencakup: merasa bosan, pindah ke tempat kerja yang gajinya lebih besar, melanjutkan studi, membangun usaha sendiri, ingin ganti profesi, kesehatan bermasalah, dan ingin mencari tantangan baru.
2. Terkait Tempat Kerja
Suasana kerja tidak nyaman dan gaji kurang menjadi alasannya. Menariknya, penelitian ditempat lain berjudul Alasan Responden Gen Z Resign dari Tempat Kerja (databoks.katadata.co.id November 2022) memuat survei Jajak Pendapat (JakPat) memaparkan "suasana kerja tak nyaman" ke dalam 8 poin terkait gaji, jam kerja, budaya kerja, job description, rekan kerja, dan sistem kerja perusahaan.
3. Eksternal
Alasan dari luar berupa permintaan keluarga, merawat orang tua/suami sakit, dan tersangkut masalah hukum.
Studi lain yang dipublikasikan Jurnal Ilmu Sosial (2020), oleh Putri Rakhmatia Nabahani dan Setyo Riyanto mengungkapkan: generasi Z sering dianggap sebagai generasi yang cenderung cepat berpindah-pindah pekerjaan karena cenderung mudah mengundurkan diri dari pekerjaan.
Dalam jurnal berjudul Job Satisfaction and Work Motivation in Enhancing Generation Z's Organizational Commitment ini disebutkan:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!