Bisa membayangkan bagaimana efek hoaks yang terjadi jika si perempuan menceritakan hanya berdasarkan apa yang dilihatnya kepada orang lain? Laki-laki itu bakal dicap sebagai pencuri isi kotak amal!
Mengapa Percaya Hoaks
Ilustrasi di atas merupakan gambaran mengapa orang mudah percaya hoaks dan juga mudah menyebarkan hoaks. Ketika emosi teraduk-aduk, melihat apa yang tampak di depan mata saja tanpa merunut latar belakang dan memetakan permasalahan yang timbul, langsung saja menarik kesimpulan. Apalagi ketika yang menyampaikannya orang yang dihormati dan dipercaya dalam dunia nyata.
Mas Indriyatno Banyumurti, Program Manager ICT Watch melalui materi Melawan Hoaks yang Berserak menyampaikan mengapa orang mudah percaya hoaks sebagai berikut:
- Mengambil kesimpulan hanya dari judul.
- Percaya hanya pada satu sumber dan tidak mempercayai sumber informasi lainnya.
- Malas berpikir, apalagi melakukan verifikasi.
- Baper, mudah percaya jika informasi yang didapat terhubung ke perasaan.
- Menjadi percaya sebuah informasi yang sering didapatkan.
- Tidak bisa membedakan yang satire dan benar-benar hoaks.
- Nah, keenam hal ini jugalah jawaban pertanyaan "mengapa hoaks mudah tersebar". Masih banyak orang di sekeliling kita bertindak secara prematur, terlalu cepat bersikap tanpa dilatarbelakangi pikiran yang matang.
Bagaimana Mengatasi Hoaks
Lalu, langkah-langkah apa yang diambil ketika menerima sebuah informasi yang masih diragukan validitasnya?
3S
Ingat keyword 3S: Saring Sebelum Sharing atau Sabar Sebelum Sebar. Berikan diri kita jeda waktu atau pause untuk mencerna informasi yang diperoleh. Ada pembuat hoaks yang menginginkan kita bertindak mengikuti kemauannya ketika emosi sedang menguasai padahal saat berada dalam keadaan emosi, sulit untuk bepikir jernih. Berdiam dirilah sejenak untuk memutuskan langkah apa yang akan diambil. Jangan buru-buru membagikannya. Kalau jelas mudharat-nya, setop sampai di kita, tidak perlu buang waktu untuk membagikannya kepada orang lain.
DACK
Lakukan DACK -- Dengarkan, Apresiasi, Cek dan ricek, Klarifikasi. Dengarkan dulu pesan yang disampaikan, jangan langsung didebat supaya bisa mengedukasi penyampai pesan. Setelah itu apresiasi maksud baiknya menyampaikan pesan. Lalu cek-ricek dan klarifikasi kebenarannya.
Cek Hoaks
Cek dan ricek informasi yang diragukan kebenarannya. Gunakan linktree s.id/cekhoaks untuk pengecekan. Dalam link tersebut kita bisa pula belajar banyak hal terkait literasi digital atau melalui nomor WA Chatbot Literasi Digital Siberkreasi: 081110599977.
Internet bagaikan belati bermata dua. Pada satu sisi kita bisa memanfatkannya untuk kebaikan namun di sisi lain, ada orang-orang berniat jahat yang memanfaatkan internet.Â
Bijak berinternet kini bukan hanya slogan namun sudah menjadi "keharusan" yang dimiliki oleh setiap pengguna internet. Sebagai netizen, kita bisa berperan dengan membagkan informasi yang baik dan benar agar tidak semakin banyak yang menjadi korban hoaks. Contohnya adalah informasi yang ada dalam tulisan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H