Mohon tunggu...
Mugniar
Mugniar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mamak Blogger

Ibu dari 3 anak dan penulis freelance yang berumah maya di www.mugniar.com.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Likupang: Antara Eksplorasi dan Narasi, Ada Harapan dan Tantangan

24 Maret 2022   10:25 Diperbarui: 24 Maret 2022   10:28 3482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau dulu sering mendengar istilah "Negeri Nyiur Melambai" untuk provinsi yang terletak di utara pulau Sulawesi, Ibu Vanda Sarundajang -- anggota Komisi X DPR RI memperkenalkan Sulawesi Utara juga sebagai "The Land of Smiling People" dalam International Conference Likupang-North Sulawesi, Discover The Hidden Paradise yang berlangsung hybrid (offline dari Novotel Manado Golf Resort & Convention Center dan online melalui Zoom Cloud Meetings) pada 8 Maret lalu.

Saya jadi tahu banyak mengenai wisata laut dan gunung di Sulawesi Utara dan aneka potensi dalam hidden paradise di Sulawesi Utara, khususnya di Likupang, Minahasa Utara. Secara emosional, saya merasa ikatan dengan provinsi Sulut karena ibunda berasal dari Gorontalo yang mana dahulu Gorontalo menjadi bagian dari Sulut.

Sebagaimana yang kita ketahui, Likupang telah resmi menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berdasar PP Nomor 84 Tahun 2019 dan terpilih menjadi Destinasi Super Prioritas (DSP) Indonesia karena memiliki pesona dan keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan tempat wisata lainnya.

Eksplorasi Likupang

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara -- Bapak Henry Richard Kaitjily mewakili Olly Dondokambey, Gubernur Sulawesi Utara menyampaikan bahwa Likupang (sebagai sebuah kecamatan) didukung oleh Kabupaten Minahasa Utara dan daerah sekitarnya seperti Bitung, Madano, Tomohon , Tondano sebagai bagian terintegrasi dari Likupang sebagai DSP Likupang-Sulawesi Utara.

Baru menyimak sambutan dari Kepala Dinas Pariwisata Sulut, saya sudah merasa senang sebab sesuai dengan harapan saya tentang Likupang seperti yang pernah saya tuliskan dalam tulisan berjudul Likupang, Pergi adalah Pulang, beliau juga menyatakan bahwa Likupang akan dibangun dengan style berbeda, dengan mengobservasi lingkungan, membangun manusia, dan menjaga alam.

Sebelum acara dimulai, saya dan semua peserta konferensi yang menyimak via Zoom disuguhi video yang menampilkan keindahan alam Likupang, seperti Pantai Pulisan, Bukit Pulisan, Pulau Lihaga, dan Pulau Gangga. Ibu Vanda mempertegasnya dengan mengatakan bahwa Sulut punya wisata laut dan gunung.

Wisata baharinya luar biasa, ditunjang keindahan alam yang melimpah yang masih harus dikembangkan. Ibu Vanda menyebutkan nama-nama tempat wisata lain, seperti Pantai Surabaya, Pantai Paal, dan Pantai Kalinaung yang masih satu garis pantai dengan Pantai Pulisan.

Ibu Vanda Sarundajang mengingatkan pentingnya mengupayakan wisata alam yang berkualitas dan berkelanjutan agar nantinya bermanfaat bagi masyarakat.

Eksplorasi potensi pariwisata yang luar biasa di Sulut pada umumnya dan Likupang pada khususnya dibahas oleh Bapak Henry Richard Willard Kaitjily dalam presentasinya yang berjudul Strategi pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Sulawesi Utara. Beliau menyebutkan bahwa Sulut progresif dalam pengembangan pariwisata, dibuktikan dengan data masuknya wisatawan ke Sulut.

Dari 900-an destinasi wisata di Sulut, ada 300-an yang mumpuni, didukung dengan proyek infrastruktur untuk membangun konektivitas, salah satunya adalah dengan membangun KEK Likupang yang berada di lahan seluas 197,4 ha. Tentunya dengan membangun masyarakat juga, di antaranya dengan membangun Poltekpar Manado dilahan seluas 20 ha.

flyer-conference-623be1d4d69ab37da7705242.jpeg
flyer-conference-623be1d4d69ab37da7705242.jpeg
Khusus mengenai Pulisan yang di sana juga ada savanna, Pak Henry membahas mengenai 5 winning aspect dari Pulisan, yaitu: didukung oleh pemerintah pusat karena merupakan bagian dari 5 DSP Indonesia, KEK, biodiversitasnya tinggi, membangun Likupang dengan preservasi alam, dan aspek kebudayaan yang sangat kuat.

Peneliti, pengamat,dan konsultan pariwisata bahari -- Bapak Christian Fenie makin menegaskan dengan mengatakan bahwa surga pariwisata ada di Sulut, di bawah laut, dan di darat dan bisa menjadikan Indonesia sebagai destinasi wisata nomor 1 dunia jika  diatur dengan baik.

Lelaki asal Perancis yang fasih berbahasa Indonesia dan sudah terlibat dalam banyak penelitian di Sulut ini mengatakan bahwa, secara ilmu pengetahuan ditemukan bahwa Indonesia merupakan konsentrasi coral dunia. Wonderful Indonesia di bagian timur merupakan kawasan The Coral Triangle yang kaya akan biota lautnya.

Dalam presentasinya yang berjudul Pelestarian Ekosistem Sekitar Sebagai Kunci Pengembangan Destinasi Pariwisata Bahari Kawasan Likupang, Sulawesi Utara, Pak Christian menyampaikan bahwa salah satu keunggulan Likupang adalah berada di antara 2 destinasi yang indah yaitu Bunaken dan Lembeh.

Sisi lain eksplorasi Likupang dipaparkan oleh Dr. Paul Richard Renwarin -- peneliti & budayawan Minahasa. Romo Paul memaparkan bahwa selain menjadi destinasi wisata budaya yang di dalamnya juga menampilkan kekhasan orang Sulut yang suka menyanyi, Likupang juga potensial dalam wisata sejarah dan religi.

Untuk wisata sejarah misalnya, wisatawan bisa menapaki jalur purbakala Sulut dari Tanjung Pulisan -- Manado Tua ke lokasi waruga -- Batu Pinawetengan-Tumotowa-Lesung dan timbunan kulit kerang purba di Passo-Remboken.

Wisatawan juga dapat menelusuri jalur rempah sejak masa Iberian abad 16-17 dan masa VOC -- pemerintah Belanda pada abad 18-20 di berbagai Pelabuhan laut. Atau bisa juga menjajaki jalur niaga China sejak masa Dinasti Yuan-Ming atau sejak abad ke-13 hingga masa kini.

Tantangan dalam Menggapai Harapan

Pak Christian mengingatkan bahwa climate change akan membawa efek negatif. Efek rumah  kaca makin tinggi , sehingga suhu air ikut  naik. Suhu di Sulawesi pun semakin panas, dirinya sendiri merasakan perubahan suhu itu dibandingkan dulu.

Suhu panas menyebabkan karang mati sementara perikanan terikat dengan karang. Terumbu karang  yang mati berpotensi  menyebabkan kehidupan di laut terancam.

Ket: tangkapan layar pribadi.
Ket: tangkapan layar pribadi.

Pengembangan yang dilakukan bersinggungan dengan  alam tidak boleh massal. Banyaknya orang bisa merusak. Pengembangan haruslah berkelanjutan, sesuai aturan, dan perlu dipikirkan efek jangka panjangnya.

Laut kita memiliki banyak permasalahan . Masalah sampah adalah masalah utama kita, mulai dari darat, laut, hingga dalam laut. Beliau menekankan perlunya melaksanakan program darurat untuk mengatasi permasalahan  sampah.

Program darurat yang dimaksud oleh beliau  adalah: memfasilitasi pengolahan sampah/limbah/polusi dari Sabang sampai Merauke, Pendidikan lingkungan hidup dan kebersihan jadi program khusus di semua sekolah sejak TK (taman kanak-kanak), menginformasikan melalui media lokal dan nasional mengenai efek negatif polusi, pemerintah desa/kelurahan/LSM/tokoh agama/tokoh adat mendukung program darurat, dan melakukan revolusi mental kepada masyarakat secara luas mengenai budaya bersih.

Prof. Bet El Silisna Lagarense -- Profesor Kepariwisataan Politeknik Negeri Manado dalam presentasi berjudul Optimalisasi Potensi Alam Sekitar untuk Mendorong Pengembangan Pariwisata Kawasan Likupang Menjadi Salah Satu Destinasi Wisata Unggulan Indonesia menekankan pentingnya pengembangan pariwisata berkelanjutan, yaitu dapat memenuhi kebutuhan di masa sekarang dan masa datang, juga tidak merusak alam dan budaya setempat agar bisa diwariskan kepada generasi penerus.

Prinsip pariwisata berkelanjutan yang diterapkan hendaknya: disertai dengan partisipasi dari masyarakat sekitar untuk terlibat dalam pembangunan pariwisata, mendapat dukungan dari pemerintah daerah, memberikan lapangan pekerjaan yang berkualitas untuk masyarakat sekitar, memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbarui, dan tidak mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan.

Pulisan Bay Master Plan dan Structure Plan yang mementingkan keberlanjutan dipaparkan oleh Paquita Widjaja Rustandi -- Project Development Head PT MPRD.

Ada lahan yang dikhususkan untuk konservasi darat (Wallace Conservation Area) dan laut. Tantangannya adalah bagaimana mengintegrasikan Likupang dengan sekelilingnya. Salah satunya ialah melepas spesies yang sudah di-nursing.

Disebutkan pula bahwa dampak pariwisata yang diselenggarakan secara massal (quantity based) itu berpotensi merusak alam sehingga kita harus menciptakan sustainable and quality destination. Kita harus membangun within the nature, not above the nation.

Rancangan Pulisan Bay Tourism Village memperkenalkan berbagai keragaman dan keunikan budaya dan sejarah. Target pengembangan pariwisata adalah menitikberatkan pada program dalam melibatkan masyarakat, kemudian memaksimalkan potensi manusia dan meminimalkan emisi karbon.

Semua harapan dan tantangan yang disampaikan oleh pada pembicara sejalan dengan pemaparan Ibu Rizki Handayani, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kemenparekraf/Baparekraf dalam kata sambutannya di awal acara.

Beliau menyampaikan bahwa pariwisata bukan hanya leisure. Ada potensi gastronomi di Likupang. Gastronomi, bicara tentang agrikultur juga tentang bagaimana masyarakatnya mempersiapkannya. Branding juga bisa dari sisi Sulut sebagai jalur rempah dan Wallace.

Keterangan: materi Prof. Bet.
Keterangan: materi Prof. Bet.

Mengemas Likupang dalam Narasi

Sebagai blogger yang terbiasa dalam dunia kata, saya setuju dengan Aries Prasetyo -- Wartawan Ekspedisi Wallacea Kompas yang membahas mengenai pentingnya STORYNOMICS dalam presentasinya. "Jangan dianggap remeh strategi storynomics tourism. Tanpa dikemas dengan narasi yang baik, orang tidak akan berkunjung,"tuturnya.

Storynomics tourism adalah strategi untuk menggaet wisatawan datang. Caranya adalah dengan menggali kekuatan cerita -- semisal kearifan lokal dari Likupang, dikemas dengan narasi yang baik, diperkuat dengan foto/grafis/video, lalu dipromosikan di berbagai media.

Akan berbeda efeknya kita menggambarkan suatu tempat misalnya dengan menceritakan latar belakang atau legenda di tempat itu ketimbang menggambarkannya secara biasa saja. Perlu diingat, Indonesia selain kaya akan alam, juga kaya akan cerita dan dongeng.

Sejalan dengan apa yang dikatakan Pak Aries, Ibu Paquita Widjaja membawakan presentasi berjudul KONTEN ADALAH KUNCI, Mengembangkan Potensi Integrasi Pariwisata Kawasan Likupang.

"Semua kawasan harus memiliki  narasi untuk menjadi destinasi di mana orang-orang mau berkunjung. Kalau tidak ada cerita, orang tidak tahu. No awareness, no attraction. Cerita bisa datang dari mana saja. Bisa dari alam, budaya, masyarakat. Likupang memiliki 3 cerita (tempat, budaya, dan manusia) yang harus kita jalin bersama untuk memaksimalkan potensi yang ada. Pembangunan fisik tidak cukup tanpa konten dan program yang kuat untuk menghidupkan suatu daerah," ujar Ibu Paquita.

Merangkai Kuliner Menjadi Destinasi Unggulan, presentasi yang dipaparkan oleh Ragil Imam Wibowo -- Indonesian Chef & Gastronaut juga terkait CERITA tentang makanan.

Cerita makanan yang dimaksud adalah terkait food mapping: datang ke suatu tempat mendapat 3-5 jenis makanan, food tour dan experience operator (pengalaman tentang makanan tertentu), 5 produk f&b yang harus dicoba, produk oleh-oleh yang baik (jangan hanya satu macam), dan buku resep unggulan.

Jenis kuliner khas sebaiknya memiliki cerita di belakangnya, misalnya bagaimana sebuah klapertar tercipta. Sebaiknya juga memiliki lokasi tempat makan yang unik, memiliki kekhasan -- misalnya bagaimana cara memasaknya, atau  presentasi makanannya yang menarik.

Niscaya

Bapak Sandiaga Salahuddin Uno, Menteri Kemenparekraf/Baparekraf menyatakan Likupang merupakan paket komplit keindahan alam dan kearifan lokal. Ke depannya, Likupang diharapkan akan mampu mendorong perekonomian dan meningkatkan kapasitas SDM. Mari jadikan konferensi ini sebagai ajang untuk menggali potensi dan kolaborasi.

Ket: tangkapan layar pribadi.
Ket: tangkapan layar pribadi.
Saya pun merasa optimis, sebagaimana Pak Sandi dan juga Pak Yozua Makes, CEO Plataran Indonesia yang mengatakan bahwa Likupang memiliki keunggulan karena didukung banyak pihak, termasuk pemerintah pusat.

Bapak I Wayan Suwastana, Direktur Sales & Marketing Pacto Convex menyatakan bahwa dalam menyelenggarakan event di Likupang, edukasi adalah hal penting untuk dilakukan. Baik Pak Yozua maupun Pak Wayan, keduanya memaparkan contoh-contoh keberhasilan yang mereka lakukan di wilayah masing-masing dalam mengembangkan pariwisata.

Ya, Likupang pasti bisa, dari hidden menjadi visible bagi seisi dunia. Asalkan memperhatikan berbagai aspek, khususnya lingkungan hidup dan pengembangan sumber daya manusia sebagaimana yang telah dijabarkan para pembicara dalam ajang ini. Segala tantangan niscaya bisa dilewati demi harapan menjadikan Likupang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun