Peneliti, pengamat,dan konsultan pariwisata bahari -- Bapak Christian Fenie makin menegaskan dengan mengatakan bahwa surga pariwisata ada di Sulut, di bawah laut, dan di darat dan bisa menjadikan Indonesia sebagai destinasi wisata nomor 1 dunia jika  diatur dengan baik.
Lelaki asal Perancis yang fasih berbahasa Indonesia dan sudah terlibat dalam banyak penelitian di Sulut ini mengatakan bahwa, secara ilmu pengetahuan ditemukan bahwa Indonesia merupakan konsentrasi coral dunia. Wonderful Indonesia di bagian timur merupakan kawasan The Coral Triangle yang kaya akan biota lautnya.
Dalam presentasinya yang berjudul Pelestarian Ekosistem Sekitar Sebagai Kunci Pengembangan Destinasi Pariwisata Bahari Kawasan Likupang, Sulawesi Utara, Pak Christian menyampaikan bahwa salah satu keunggulan Likupang adalah berada di antara 2 destinasi yang indah yaitu Bunaken dan Lembeh.
Sisi lain eksplorasi Likupang dipaparkan oleh Dr. Paul Richard Renwarin -- peneliti & budayawan Minahasa. Romo Paul memaparkan bahwa selain menjadi destinasi wisata budaya yang di dalamnya juga menampilkan kekhasan orang Sulut yang suka menyanyi, Likupang juga potensial dalam wisata sejarah dan religi.
Untuk wisata sejarah misalnya, wisatawan bisa menapaki jalur purbakala Sulut dari Tanjung Pulisan -- Manado Tua ke lokasi waruga -- Batu Pinawetengan-Tumotowa-Lesung dan timbunan kulit kerang purba di Passo-Remboken.
Wisatawan juga dapat menelusuri jalur rempah sejak masa Iberian abad 16-17 dan masa VOC -- pemerintah Belanda pada abad 18-20 di berbagai Pelabuhan laut. Atau bisa juga menjajaki jalur niaga China sejak masa Dinasti Yuan-Ming atau sejak abad ke-13 hingga masa kini.
Tantangan dalam Menggapai Harapan
Pak Christian mengingatkan bahwa climate change akan membawa efek negatif. Efek rumah  kaca makin tinggi , sehingga suhu air ikut  naik. Suhu di Sulawesi pun semakin panas, dirinya sendiri merasakan perubahan suhu itu dibandingkan dulu.
Suhu panas menyebabkan karang mati sementara perikanan terikat dengan karang. Terumbu karang  yang mati berpotensi  menyebabkan kehidupan di laut terancam.
Pengembangan yang dilakukan bersinggungan dengan  alam tidak boleh massal. Banyaknya orang bisa merusak. Pengembangan haruslah berkelanjutan, sesuai aturan, dan perlu dipikirkan efek jangka panjangnya.