Mohon tunggu...
Mugniar
Mugniar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mamak Blogger

Ibu dari 3 anak dan penulis freelance yang berumah maya di www.mugniar.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mencapai Tujuan Pembangunan Keluarga, Bermula dari Kesadaran

6 Agustus 2015   23:24 Diperbarui: 6 Agustus 2015   23:24 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang ibu bergegas naik ke atas angkot yang saya tumpangi. Dua anaknya yang paling besar telah lebih dulu naik dan duduk di samping ibunya. Sementara yang terkecil, usianya kira-kira 2 tahun naik paling belakang. Si bungsu terjatuh karena pijakan angkot masih terlalu tinggi untuk badannya yang mungil. Si bungsu menangis. Keras sekali.

Saat melihat ibu itu naik lebih dulu dan membiarkan bungsunya naik setelah dirinya, mata saya setengah membelalak mengamatinya. Masa sih ada seorang ibu yang berlaku demikian? Di mana-mana di belahan bumi ini, seorang ibu pasti mendahulukan anak kecilnya naik ke atas mobil sebelum ia sendiri naik. Tapi ini, kebalikannya!

[caption caption="Sumber: allwallpapersdesktop.blogspot.com"]

[/caption]

Realitasnya: Ketaksadaran di Sekitar Kita

Mungkin agak sedikit berlebihan kalau saya mengatakan ibu itu sedang tak sadar diri. Okelah, saya turunkan sedikit. Ibu itu sepertinya sedang melamun. Tapi melamun kan juga berarti “kehilangan kesadaran sesaat”? Sama-sama tak sadar diri juga, kan? Nah, alarm “keibuan” si ibu itu jadinya tak berfungsi.

Ada ketaksadaran yang lebih besar daripada itu. Beberapa waktu lalu kita dikejutkan oleh kasus yang ramai diberitakan di stasiun-stasiun televisi, media online, dan media massa lainnya. Kasus penelantaran 5 anak oleh kedua orang tua mereka sendiri di Cileungsi. Kasus itu terkuak setelah salah seorang anak mereka hidup luntang-lantung di sekitar kompleks perumahan yang mereka tempati sebulan lamanya dan hidup dari belas kasihan para tetangga.

Masih banyak lagi contoh di sekitar kita, tentang ayah dan ibu yang tak menyadari peran mereka dalam berkeluarga. Alarm keayahan dan keibuan mereka lenyap ketika sindroma ketaksadaran melanda.

Pertanyaannya, mengapa memutuskan menikah? Apakah sekadar menuntaskan hasrat biologis? Sekadar ingin mendapatkan keturunan? Ataukah ada tujuan yang lebih mulia yang diketahui?

Fiyuh, memulai tulisan dengan masalah bukanlah hal ringan. Tapi saya mencoba membeberkan fakta yang kita bersama ketahui ini dulu, lalu mengaitkannya dengan “tujuan pembangunan keluarga” yang seharusnya disadari setiap orang yang berumah tangga. Bukankah memang sebarusnya kita mengetahui apa tujuan kita melakukan sesutu yang penting lagi sakral dan mulia?

Tujuan Pembangunan Keluarga Tecapai Jika Orang Tua Memiliki Kesadaran

Tujuan pembangunan keluarga yang dirumuskan BKKBN adalah:

  • Terbangunnya Ketahanan Keluarga Balita dan Anak serta Kualitas Anak dalam memenuhi Hak Tumbuh Kembang Anak.
  • Terbangunnya Ketahanan Keluarga Remaja dan Kualitas Remaja dalam menyiapkan Kehidupan Berkeluarga.
  • Meningkatnya kualitas Lansia dan Pemberdayaan Keluarga Rentan sehingga mampu berperan dalam Kehidupan Keluarga.
  • Terwujudnya Pemberdayaan Ekonomi Keluarga untuk meningkatkan Kesejahteraan Keluarga.

Sementara itu, dalam Islam, tujuan berkeluarga bukan semata-mata untuk kebahagiaan di dunia, melainkan juga untuk beribadah atau dalam rangka mewujudkan kebahagiaan di akhirat. Bahkan anak menjadi investasi akhirat bagi kedua orang tuanya. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw, “Di hari kiamat nanti orang-orang disuruh masuk ke dalam surga, namun mereka berkata: wahai Tuhan kami, kami akan masuk setelah ayah dan ibu kami masuk lebih dahulu. Kemudian ayah dan ibu mereka datang. Maka Allah berfirman: Kenapa mereka masih belum masuk ke dalam surga, masuklah kamu semua ke dalam surga. Mereka menjawab: wahai Tuhan kami, bagaimana nasib ayah dan ibu kami? Kemudian Allah menjawab: masuklah kamu dan orang tuamu ke dalam surga” (HR. Imam Ahmad dalam musnadnya).

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut maka keluarga menjalankan ke-8 fungsi keluarga ini: fungsi agama,  fungsi sosial budaya, fungsi perlindungan, fungsi ekonomi, fungsi sosialisasi & pendidikan, fungsi lingkungan, fungsi reproduksi, dan cinta dan kasih sayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun