Mohon tunggu...
Mugniar
Mugniar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mamak Blogger

Ibu dari 3 anak dan penulis freelance yang berumah maya di www.mugniar.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ekspresi Indonesia di Kanal Makassar

4 November 2013   23:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:35 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menariknya menyusuri kanal ialah mengamati satu sisi kota ini. Dinamika sebagian warga kota terekam dari sisi kanal.

Makassar memiliki tiga kanal primer yang alirannya membelah kota yakni kanal Pannampu, Jongaya, dan Sinrijala dengan panjang keseluruhan sekitar 40 kilometer. Sementara kanal tersier atau kanal kecil memiliki panjang 3.200 km. Rumah kami sangat dekat dengan kanal Jongaya, hanya sekitar 200 meter jaraknya. Itulah kenapa saya sering sekali “menikmati” pemandangan di sekitar kanal.

Saling mencari kutu antarperempuan penghuni tepi kanal, merupakan pemandangan yang biasa. Begitu pun anak-anak yang terjun bebas dan berenang di dalamnya. Bocah-bocah ini menganggap kanal yang keruh dan bersampah itu bak sungai yang jernih saja.

[caption id="attachment_299422" align="aligncenter" width="420" caption="Dunia anak-anak yang ceria, tak peduli sampah di sana"][/caption] [caption id="attachment_299423" align="aligncenter" width="420" caption="Jemuran? Kenapa tidak?"]

13835823382080262221
13835823382080262221
[/caption] [caption id="attachment_299424" align="aligncenter" width="420" caption="Sampah? Biasalah itu !"]
13835824031275345467
13835824031275345467
[/caption] [caption id="attachment_299425" align="aligncenter" width="400" caption="Pohon yang tumbuhnya miring begini? Hoho banyak .."]
13835824801256829514
13835824801256829514
[/caption] Jemuran dalam berbagai posisi juga pemandangan yang jamak. Muda-mudi bercengkerama di sore hari sembari duduk menghadap kanal atau memetik gitar sembari bernyanyi sementara tak jauh dari mereka para orangtua melaksanakan aktivitas “nenangga” mereka juga biasa. Beberapa perempuan yang mengenakan sarung terlihat  asyik mencuci atau mandi di sekitar sumur warga.

Ada yang bersenda gurau, ada yang berbincang santai.

Mereka tak peduli pemandangan kumuh dan kotor yang terlihat. Sampah tak pernah sirna dari sekitar mereka. Salah mereka juga sebenarnya, tak pandai menjaga lingkungan. Pun pemerintah, kurang tegas menindak pelaku pembuang sampah padahal ada papan peringatan berukuran raksasa di situ.

Wajah mereka ceria atau biasa saja. Sementara saya, setiap melewati mereka, selalu mengelus dada yang bergetar oleh perasaan miris. Belum lagi melihat pohon yang tumbuh di tepi kanal, banyak yang tumbuh miring, mengarah ke kanal. Suatu saat bisa saja tumbang, menimpa kanal yang mengalami proses pendangkalan parah itu.

Angin segar saya rasakan sewaktu menonton kampanye pemilihan walikota beberapa waktu lalu. Ada langkah yang kelihatannya signifikan yang dipaparkan calon walikota yang arsitek itu. Mudah-mudahan saja perubahannya pun signifikan ketika ia yang akhirnya terpilih, sah bertugas sebagai walikota baru.

Bukan hanya saya, pasti banyak warga kota ini yang memimpikan ekspresi Indonesia yang sehat di kanal Makassar.

Makassar, 5 November 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun