Mohon tunggu...
Mugniar
Mugniar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mamak Blogger

Ibu dari 3 anak dan penulis freelance yang berumah maya di www.mugniar.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jebakan Dalam SMS Berlangganan Konten

5 Oktober 2011   12:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:18 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Akhir-akhir ini marak pengaduan tentang ‘penipuan’ dari layanan konten provider. Banyak orang yang telah dirugikan. Termasuk saya.

Seperti pengalaman ibu-ibu lain yang memiliki anak, anak-anak saya pun kerap memainkan HP saya. Mulai dari Affiq yang berusia 10 tahun, Athifah yang berusia 5 tahun hingga yang bungsu Afyad yang berusia 2 tahun.

Affiq dulu pernah berulah, ia kepincut iklan game online di televisi dengan mengetikkan nomor tertentu di HP dengan karakter # dan *dan klik ‘send’ maka HP saya otomatis berlangganan info game tersebut. Setelah kira-kira lima hari baru saya sadar, HP saya terkuras sekitar Rp. 4.000 hingga Rp. 6.000 setiap harinya. Awalnya saya belummenyadarinya, hanya heran saja mengapa pulsa saya sedemikian cepatnya habis. Akhirnya setelah mengecek baik-baik inbox baru saya mengerti, anak saya telah berulah dengan mengirimkan permintaan berlangganan informasi game tersebut.

Saya pun berusaha memelototi iklan yang disponsori salah sebuah provider telekomunikasi tersebut. Satu kali, saya tak menemukan nomor untuk UNREG. Dua kali, tidak juga. Saya masih berpikir, saya yang kurang jeli. Beberapa kali menelisik iklan itu dengan teliti baru saya sadar, sama sekali tidak ada cara untuk UNREG di iklan itu . Geram saya dibuatnya. Tidak ada cara lain, saya harus mengganti nomor HP.

Athifah pun sudah dua kali membuat saya kehilangan pulsa. Ia yang waktu itu sudah belajar huruf, mengirim SMS kosong ke nomor 4 digit. Alhasil saya langsung dikirimi SMS berlangganan dan dipotong pulsa minimal Rp. 2.000 per harinya.

Yang membuat saya geram kali ini adalah:

-Begitu mudahnya operator menganggap suatu nomor berlangganan. Dengan mengirimkan SMS kosong pun bisa. Padahal SMS kosong belum tentu dikirimkan ‘dengan sadar’ oleh si empunya HP. Seperti pengalaman saya, SMS-SMS seperti itu adalah SMS-SMS yang dikirimkan oleh anak-anak saya. Bahkan Afyad, yang baru berusia 2 tahun pun sudah mengirimkan puluhan SMS KOSONG kepada karib dan kerabat saya.

-Jadi, kepada pihak operator telekomunikasi, tolong dong diperhatikan hal ini. Mbok untuk berlangganan dibuat sulit jugalah seperti sulitnya berhenti. Untuk berhenti, tentu saja sulit bagi anak-anak yang sedang memainkan HP untuk melakukannya karena harus mengetikkan UNREG atau yang lainnya.

Akhirnya, harapan saya semoga saja inisiatif Depkoninfo kali ini dalam membicarakan masalah ini dengan operator-operator telekomunikasi di negeri ini membuahkan hasil.

Makassar, 5 Oktober 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun