Hei ... pandangan saya tertuju kepada kalimat, “Apalagi di berita tersebut, juga disebutkan nama merek suatu produk.” Apa ini juga menyangkut tulisan saya mengenai Ayam Goreng Bau di Restoran Terkenal itu? Wah .. kalau itu bukan fiksi Bu :) mudah-mudahan bukan tulisan saya yang dimaksud yah he he he. Saya hanya menuliskan apa yang saya lihat dan rasakan. Bisa diperiksa tulisan saya, walau awalnya saya menyebut nama restorannya, kemudian saya menyamarkannya supaya tidak muncul komentar panjang yang menghujat merek tertentu. Atau .. apakah saya harus menuliskan mereknya? By the way, kerabat yang menyelenggarakan pesta di situ juga sudah membuat surat pembaca di sebuah media cetak yang juga ditayangkan online di media online media cetak tersebut.
Pfuuh panjang sekali polemik yang muncul ternyata, saya mengamati ada beberapa tulisan yang menyangkut pro dan kontra kepada kompasianer yang menulis tentang bayi yang meninggal itu. Namun ada satu komentar yang menarik perhatian saya di Aku, Titi, dan Barisan Sakit Hati :
Saya hanya tanya satu saja kepada Mba Titi, bagaimana jeda waktu 21 menit yang Mba Titi pakai untuk merealese artikel tragedi bayi mati karena ibunya asyik BBM-an untuk Kompasiana ini. itu saja.
Klarifikasi Mba Titi masih saya tunggu.
Saya masah bodoh amatlah kompasianer itu harus “terverifikasi” atau tidak, untuk apa di pusingin. Yang penting itu kan tulisannya daripada orangnya.
Nah, untuk artikel Mba Titi yg saya tanyakan jeda waktunya, saya sengaja pertanyakan karena kok tidak relevant dengan tugas Mba Titi sebagai petugas Klinik yg harus menolong pasien dalam keadaan darurat, sementara Mba Titi malah asyik kirim artikel dan beri komentar kepada kompasianers sampai sore.
Jadi terkait masalah tanggung jawab profesi seorang petugas klinik dan pasien.itu saja.
Saya kira kompasianer yang bersangkutan perlu menjawab hal itu (atau tidakkah? Tau ah ... soalnya saya juga jadi penasaran he he he).
Mbak Elita, jurnalis yang menuliskan kritiknya tersebut menjawab komentar saya dengan:
sepakat ibu….tapi…mohon tulisan saya dibaca lagi, saya sekali lagi, tidak mempermasalahkan postingan kompasianers tersebut…yang saya permasalahkan adalah kelalaian admin, khususnya wartawan Kompas.com, yang memasukkan tulisan tersebut ke media Kompas.com tanpa melakukan investigasi lebih dulu….kalau di kompasiana monggo saja, tapi kalau sampai dimasukkan ke Kompas.com lain lagi ceritanya…Kompas.com bukan media citizen journalism, apalagi dalam tulisan itu, sang wartawan mencantumkan namanya, bukan diambil dari Kompasiana…itu bedanya bu….terimakasih sudah baca….
Demikian pula besar harapan saya pada pihak kompasiana dot com dan kompas dot com. Bersediakah para admin menjadi wasit dalam polemik ini? Agar jelas bagi saya yang awam dan bodoh ini dan mereka yang membutuhkan kejelasan mana yang benar/boleh dan salah/tidak boleh dalam jurnalisme warga biasa (citizen journalism) ini.
Salam jurnalisme warga biasa.
Makassar, 23 November 2011
Dari sebuah tulisan oleh mbak Nadia:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H