Di sebuah desa kecil, terdapat sebuah hutan lebat yang dikenal dengan kisah-kisah menyeramkan yang mengelilinginya. Anak-anak di desa selalu dilarang untuk masuk ke dalam hutan tersebut, terutama saat malam tiba. Namun, untuk Adit yang berusia sepuluh tahun, rasa ingin tahunya selalu mengalahkan ketakutannya.
Suatu sore, Adit dan ibunya melakukan perjalanan ke desa tetangga. Saat mereka melewati jalan setapak di tepi hutan, mobil mereka mendadak mogok. Mesin mobil mengeluarkan suara berisik sebelum akhirnya mati total. Ibunya mencoba menyalakan mesin, tetapi tidak berhasil. Adit merasakan ketegangan di udara. "Ibu, kita harus keluar dan minta bantuan," katanya, merasa cemas.
"Biarkan ibu mencoba lagi," jawab ibunya dengan suara tenang, meskipun tampak khawatir. Adit menatap keluar jendela, melihat hutan yang gelap dan lebat. Dia merasakan angin dingin yang berhembus, seolah membawa bisikan-bisikan misterius.
Setelah beberapa menit berusaha, ibunya menyerah. "Kita harus keluar, Adit. Kita tidak bisa tetap di sini," katanya. Dengan ragu, Adit mengangguk dan mereka berdua keluar dari mobil. Mereka melihat sekitar, tetapi tidak ada tanda-tanda kehidupan di jalanan sepi itu. Hanya ada suara dedaunan yang berdesir dan hembusan angin.
"Ayo, kita cari jalan pulang," kata ibunya, berusaha meyakinkan Adit. Mereka mulai berjalan di sepanjang jalan setapak, menjauh dari mobil. Namun, saat mereka melangkah lebih dalam ke hutan, Adit merasa ada sesuatu yang mengawasi mereka.
Tiba-tiba, mereka mendengar suara gemerisik dari dalam semak-semak. Adit menoleh dan melihat bayangan yang melintas cepat. "Ibu, ada sesuatu di sana!" teriaknya. Ibunya mencoba menenangkan, tetapi raut wajahnya menunjukkan bahwa ia juga merasa takut.
Mereka melanjutkan perjalanan, tetapi hutan semakin gelap dan angin semakin kencang. Adit merasa ada sesuatu yang tidak beres. "Ibu, aku tidak suka di sini," katanya, suaranya bergetar. Ibunya meraih tangan Adit, berusaha memberikan kenyamanan di tengah ketegangan.
Tiba-tiba, di antara pepohonan, mereka melihat cahaya berkilauan. Adit mengerutkan kening, berusaha melihat lebih jelas. "Ibu, lihat!" serunya. Mereka berjalan menuju cahaya tersebut, dan saat mendekat, mereka terkejut melihat apa yang tampak seperti keris api. Senjata itu berdiri tegak di tanah, menyala dengan api yang bergetar, dan seolah-olah memiliki nyawa sendiri.
"Ini... apa?" bisik ibunya, ketakutan. Adit merasa panggilan aneh dari keris itu. "Ibu, kita harus mengambilnya!" kata Adit, terpesona. Namun, ibunya menariknya. "Tidak! Kita harus pergi dari sini!" Suara ketakutan ibu membuat Adit ragu.
Tiba-tiba, dari balik pepohonan, muncul sosok berbaju hitam dengan wajah tertutup. Ia melangkah perlahan menuju keris api, tatapan matanya tajam dan penuh amarah. Adit merasa jantungnya berdebar kencang. "Ibu, kita harus lari!" teriaknya.
Sosok itu mulai mendekati mereka, dan Adit bisa merasakan hawa dingin yang menyelimuti mereka. "Siapa kalian yang berani mengganggu tempat ini?" suaranya dalam dan menggetarkan. Adit dan ibunya mundur perlahan, tidak tahu harus berbuat apa.