Pemakaian suatu bahasa sangat dibutuhkan oleh semua orang untuk berkomunikasi. Bahasa merupakan alat atau syarat sehingga manusia satu dengan yang lain dapat saling berhubungan dalam pergaulan setiap hari. Bahasa juga dapat menyampaikan pandangan seseorang terhadap sesuatu baik melalui lisan ataupun tulisan.
Proses afiksasi adalah proses morfologis  dengan cara membubuhkan/menambahkan imbuhan pada suatu bentuk dasar. Proses afiksasi dalam bahasa Indonesia dikenal beberapa macam afiks/imbuhan yaitu: prefiks, infiks, konfiks, dan sufiks. Prefiks disebut juga imbuhan awal/awalan.
Infiks disebut juga imbuhan sisipan. Sufiks disebut juga imbuhan akhir/akhiran. Konfiks merupakan imbuhan gabungan antara prefiks dan sufiks, keduanya melekat secara bersama-sama pada suatu bentuk dasar di bagian depan dan belakangnya
Contoh Proses Afiksasi
Prefik
"Kali pertama istri Kiai Nuh mati pada Oktober 1965 saat dia baru berumur enam tahun."
Pada kalimat di atas terdapat kata berumur, yang terbentuk dari prefiks ber- + kata dasar umur. Prefiks ber- merupakan alomorf (varian bentuk) dari be-. Bentuk dasarnya berupa kata benda, maka nosi prefiks ber- adalah mempunyai, dalam konteks ini saat Kiai Nuh mempunyai umur enam tahun.
Konfiks Â
"Kali kedua dia mati pada 1983 ketika penembakan misterius merajalela."
Pada kalimat di atas terdapat kata penembakan, terbentuk dari konfiks pe(n)-an + kata dasar tembak. Bentuk konfiks pe-an yang melekat pada bentuk dasar akibat morfofonemik menimbulkan bunyi sengau (nasal) pe(n)-an + diikuti kata dasar berfonem /t/, sehingga bentuk konfiks ini haru mengikuti kaidah nasalisasi. Bentuk dasarnya berupa kata benda, maka nosi konfiks pe-an adalah proses, cara perbuatan menembak. Dalam konteks ini, terjadi peristiwa penembakan pada tahun 1983.