Terus dalam pandangan yang gelap.
Ia bekerja dengan lihai
matanya menjadi nokturnal
jari-jemarinya menjadi taring runcing lalu mencabik-cabik apa yang disentuhnya
menelan habis tanpa sisa
Si penjaja koran yang tak lagi membawa koran.
Mulai tersiksa kekenyangan
mulutnya terus saja mengeluarkan tahak
yang busuk dan menusuk hidungnya sendiri.
Perutnya mulai membengkak tanpa pencernaan.
Hari-harinya penuh penderitaan tak tertahan.
Ia belingsatan, Ia ambil pisau, Ia robek perut yang membengkak
hingga apa yang ada dalam perutnya keluar bermuncratan:
gompalan-gompalan aspal
tiang lampu-lampu jalanan
anak-anak yang bernyanyi
pengemis
pemulung
tukang asongan
pelacur terminal
preman persimpangan
dan Si penjaja koran yang kembali lagi membawa koran.
Matahari selalu tepat waktu.
Bulan menuntun keadaan.
Angin malam menutup lembaran koran.
Si penjaja koran kembali ke jalan.
Jakarta, Februari 2020