Mentari pagi menyapa Nara dengan semburat jingga yang indah. Nara melangkah ke pekarangan rumahnya, disambut oleh pohon pepaya yang menjulang tinggi. Di antara daunnya yang rimbun, Nara melihat beberapa kuntum kembang pepaya yang mekar dengan anggun. Matanya berbinar, teringat masakan lezat yang pernah ia cicipi di rumah temannya: tumis kembang pepaya.
Namun, seketika keraguan muncul di benaknya. Rasa pahit khas kembang pepaya selalu membuatnya enggan untuk mencobanya. Nara teringat cerita neneknya tentang cara mengolah kembang pepaya agar tidak pahit. Tapi, rasa ragu masih membayangi dirinya.
Nara memutuskan untuk meminta bantuan Bu Tuti, tetangganya yang terkenal jago memasak. Dengan langkah gontai, ia melangkah ke rumah Bu Tuti. Rasa malu menyelimuti dirinya, ia merasa bodoh karena harus bertanya tentang hal yang sederhana seperti ini.
Namun, tekadnya untuk memanfaatkan hasil kebunnya mengalahkan rasa malunya. Nara mengetuk pintu rumah Bu Tuti dan disambut dengan senyuman hangat.
"Nara, ada apa nak?" tanya Bu Tuti dengan ramah.
Nara tergagap, "Bu Tuti, anu... saya ingin memasak kembang pepaya dari kebun saya. Tapi, saya takut rasanya pahit. Bu Tuti bisa bantu saya?"
Bu Tuti tertawa kecil. "Tentu saja bisa, Nak. Memasak kembang pepaya memang gampang-gampang susah. Tapi, jangan khawatir, Bu Tuti akan bantu kamu."
Bu Tuti dengan sabar menunjukkan cara mengolah kembang pepaya agar tidak pahit. Nara mendengarkan dengan penuh perhatian, takjub dengan pengetahuan Bu Tuti.