Perut Kenyang, Dompet Kosong
Nara mengunyah nasinya dengan malas. Rasanya gurih dan segar, soto ayam buatan Bu Tuti memang selalu lezat. Tapi entah mengapa, pagi ini Nara tidak bisa menikmatinya sepenuhnya. Pikirannya terus tertuju pada dompetnya yang kempes.
Tadi pagi, Nara sudah sarapan di rumah dengan nasi uduk dan telur dadar. Rasanya tidak kalah enak dengan soto Bu Tuti. Tapi, Nara tergoda untuk jajan soto ayam di perjalanan ke sekolah. Aromanya yang menggoda dan rasa laparnya yang mendera membuatnya tidak bisa menahan diri.
Sekarang, perutnya sudah kenyang. Tapi, Nara mulai cemas. Uang jajannya hari ini hanya tinggal dua puluh ribu rupiah. Cukupkah untuk membeli jajanan di sekolah? Atau, dia harus menahan lapar sampai jam pulang sekolah?
Nara melirik ke arah teman-temannya yang asyik makan soto dengan lahap. Mereka terlihat bahagia dan tidak pusing memikirkan uang jajan. Nara merasa iri. Seandainya saja dia tidak sarapan di rumah, mungkin dia bisa menikmati soto Bu Tuti dengan lebih tenang.
Sambil melahap sisa sotonya, Nara mulai menghitung-hitung pengeluarannya hari ini. Dia harus membeli buku tulis, membayar uang fotokopi, dan jajan untuk makan siang. Dua puluh ribu rupiah sepertinya tidak akan cukup.
Nara menghela nafas pasrah. Dia sudah terbiasa dengan situasi ini. Sebagai anak dari keluarga sederhana, Nara harus pandai-pandai mengatur uang jajannya. Dia harus belajar untuk tidak jajan sembarangan dan menabung untuk keperluan yang lebih penting.
Meskipun perutnya kenyang, Nara tetap merasa sedikit sedih. Dia ingin sekali bisa jajan bebas seperti teman-temannya. Tapi, dia tahu bahwa itu tidak mungkin. Dia harus menerima kenyataan dan berusaha untuk mengatasinya.
Nara menghabiskan sisa sotonya dengan perasaan campur aduk. Dia kenyang, tapi dompetnya kosong. Dia bahagia bisa makan soto Bu Tuti, tapi dia juga cemas memikirkan uang jajannya yang tidak cukup.
Belajar dari pengalaman ini, Nara bertekad untuk lebih berhemat di masa depan. Dia akan berusaha untuk membawa bekal dari rumah agar tidak jajan sembarangan. Dia juga akan menabung uang jajannya untuk keperluan yang lebih penting.
Meskipun hidup sederhana, Nara tidak pernah putus asa. Dia selalu berusaha untuk mencari solusi dan tetap optimis dalam menghadapi setiap tantangan. Dia yakin bahwa suatu hari nanti, dia akan bisa menikmati hi
dup yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H