Syarat Mati Tidak Harus Sakit
Hari itu, Jumat, 5 Januari 2024, adalah hari yang kelam bagi Yuna. Ayahnya, Anwar, meninggal dunia dalam kecelakaan kereta api di Cicalengka.
Yuna masih tidak percaya bahwa ayahnya telah tiada. Ia masih ingat bagaimana ayahnya mengantarnya ke latihan SSB Revolution Soccer pagi itu. Ayahnya selalu menyemangatinya untuk terus berlatih dan meraih cita-citanya.
Yuna dan ayahnya sangat dekat. Mereka selalu menghabiskan waktu bersama, baik untuk bermain sepak bola, menonton pertandingan sepak bola, atau sekadar mengobrol.
Kematian ayahnya membuat Yuna sangat terpukul. Ia merasa kehilangan sosok yang paling ia cintai.
Pada hari pemakaman, Yuna tidak kuasa menahan air matanya. Ia menangis tersedu-sedu di samping makam ayahnya.
"Ayah, kenapa Ayah pergi? Aku masih ingin bermain sepak bola bersama Ayah," lirihnya.
Ibu Yuna, Siti, berusaha untuk menghibur Yuna. Ia memeluk Yuna dan berkata, "Yuna, Ayahmu sudah tenang di surga. Ayahmu pasti akan selalu mendoakanmu."
Yuna mengangguk. Ia mencoba untuk tegar, tapi ia tidak bisa menahan rasa sedihnya.
Setelah pemakaman, Yuna dan ibunya pulang ke rumah. Yuna langsung masuk ke kamarnya dan menangis sepuasnya.