Aku duduk di samping kakek itu. "Permisi, Pak," kataku. "Apa yang sedang Bapak pikirkan?"
Kakek itu tersenyum. "Aku sedang memikirkan hidup," katanya. "Aku sudah hidup selama 80 tahun, dan aku sudah melihat banyak hal. Aku melihat dunia berubah, aku melihat orang-orang lahir dan mati. Dan aku belajar bahwa setiap yang bernyawa akan merasakan mati."
Aku terdiam, mendengarkan kata-kata kakek itu. "Apakah itu artinya hidup ini tidak ada artinya?" tanyaku.
"Tidak," kata kakek itu. "Arti hidup bukanlah untuk selamanya hidup. Arti hidup adalah untuk hidup sepenuhnya. Kita harus menjalani hidup kita dengan penuh kesadaran, dan dengan penuh cinta."
Kakek itu melanjutkan, "Kita harus menemukan apa yang membuat kita bahagia, dan kita harus mengejarnya. Kita harus membuat hidup kita bermakna, baik untuk diri kita sendiri maupun untuk orang lain."
Aku mendengarkan kata-kata kakek itu dengan saksama. Aku mulai menyadari bahwa aku telah salah selama ini. Aku telah terlalu fokus pada kekhawatiran tentang kematian, sehingga aku lupa untuk menikmati hidup.
Aku memutuskan bahwa aku akan mengubah hidupku. Aku akan berhenti mengeluh tentang kemonotonan hidup, dan aku akan mulai mencari hal-hal yang membuatku bahagia.
Aku mulai mencoba hal-hal baru yang tidak pernah aku lakukan sebelumnya. Aku mulai mengikuti kegiatan sukarelawan, aku mulai belajar bermain musik, dan aku mulai traveling ke berbagai tempat.
Aku menemukan bahwa aku menyukai kegiatan-kegiatan itu. Aku merasa hidupku menjadi lebih berwarna dan lebih bermakna.
Aku masih sering merenungi diriku sendiri. Namun, sekarang aku tidak merasa putus asa. Aku tahu bahwa aku masih punya waktu untuk menemukan apa yang ingin aku lakukan dengan hidupku.
Aku juga tahu bahwa aku tidak akan selamanya hidup dalam kemonotonan ini. Aku akan mati, tetapi aku akan mati dengan bahagia, karena aku telah menjalani hidupku sepenuhnya.