Botox itu Apa?
Oleh MugiarniÂ
Nara, gadis berusia 15 tahun, sedang duduk di meja makan bersama ibunya, Bu Arni. Mereka sedang menikmati makan malam bersama.
"Bu, botox itu apa?" tanya Nara.
Bu Arni menoleh ke arah Nara. "Botox itu adalah sejenis racun yang diproduksi oleh bakteri Clostridium botulinum. Racun ini bisa menyebabkan kelumpuhan otot," jawab Bu Arni.
"Kelumpuhan otot? Kok bisa?" tanya Nara lagi.
"Racun botox bisa memblokir sinyal saraf ke otot. Akibatnya, otot tidak bisa berkontraksi," jelas Bu Arni.
"Terus, botox itu biasanya digunakan untuk apa?" tanya Nara.
"Botox biasanya digunakan untuk keperluan medis, seperti untuk mengobati kejang," jawab Bu Arni. "Namun, botox juga bisa digunakan untuk keperluan non-medis, seperti untuk kecantikan."
"Untuk kecantikan?" tanya Nara heran. "Bagaimana bisa?"
"Botox bisa digunakan untuk menghilangkan kerutan di wajah," jawab Bu Arni. "Caranya, botox disuntikkan ke otot-otot di wajah yang menyebabkan kerutan. Akibatnya, otot tersebut akan lumpuh dan kerutan di wajah akan berkurang."
"Oh, gitu," kata Nara sambil mengangguk-angguk. "Terus, botox itu aman tidak, Bu?"
"Botox itu aman jika digunakan sesuai dengan petunjuk dokter," jawab Bu Arni. "Namun, botox juga bisa menimbulkan efek samping, seperti nyeri, bengkak, dan kemerahan di area yang disuntik."
"Kalau begitu, botox itu tidak boleh sembarangan digunakan, ya, Bu?" tanya Nara.
"Iya, benar," jawab Bu Arni. "Botox hanya boleh digunakan oleh dokter yang sudah berpengalaman."
Nara mengangguk-angguk lagi. Dia mulai memahami apa itu botox.
"Bu, kalau botox itu bisa menghilangkan kerutan, kenapa tidak semua orang menggunakan botox?" tanya Nara.
"Karena botox itu juga bisa menimbulkan efek samping," jawab Bu Arni. "Selain itu, botox juga bisa membuat wajah terlihat kaku dan tidak natural."
"Oh, begitu," kata Nara. "Terus, botox itu harganya berapa, Bu?"
"Harga botox itu tergantung pada jenis botox dan jumlah botox yang disuntikkan," jawab Bu Arni. "Biasanya, harga botox itu berkisar antara Rp1 juta hingga Rp5 juta."
"Wah, mahal juga, ya," kata Nara.
"Iya, memang mahal," jawab Bu Arni. "Tapi, banyak orang yang rela mengeluarkan uang banyak untuk botox demi mendapatkan wajah yang awet muda."
Nara mengangguk-angguk lagi. Dia masih berpikir-pikir apakah dia akan menggunakan botox di masa depan.
"Kalau begitu, Nara sudah paham tentang botox, kan?" tanya Bu Arni.
"Sudah, Bu," jawab Nara. "Terima kasih, Bu, sudah menjelaskannya dengan jelas."
"Sama-sama," jawab Bu Arni.
Nara dan Bu Arni melanjutkan makan malam mereka dengan santai. Nara masih memikirkan tentang botox. Dia masih belum yakin apakah dia akan menggunakan botox di masa depan.
**
Sebulan kemudian, Nara sedang duduk di taman sekolah bersama teman-temannya. Mereka sedang mengobrol tentang berbagai hal, termasuk tentang kecantikan.
"Aku mau botox," kata salah satu teman Nara.
"Botox itu mahal," kata teman Nara yang lain. "Lagi pula, botox itu juga bisa menimbulkan efek samping."
"Aku tidak peduli," kata teman Nara yang pertama. "Aku rela mengeluarkan uang banyak demi mendapatkan wajah yang awet muda."
Nara mendengarkan obrolan teman-temannya dengan seksama. Dia masih memikirkan tentang botox.
"Nara, kamu mau botox juga tidak?" tanya salah satu teman Nara.
Nara terdiam sejenak. Dia masih belum yakin apakah dia akan menggunakan botox.
"Aku belum tahu," jawab Nara.
"Ya sudah, terserah kamu," kata teman Nara.
Nara kembali berpikir tentang botox. Dia masih belum yakin apakah dia akan menggunakan botox. Namun, dia juga tidak ingin terlihat tua di usianya yang masih muda.
Akhirnya, Nara memutuskan untuk tidak menggunakan botox. Dia masih ingin menikmati masa mudanya dengan wajah yang natural.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H