Adi kemudian pergi meninggalkan Silvia dan Andi. Silvia dan Andi merasa sangat malu. Mereka tidak menyangka bahwa Adi akan memperlakukan mereka seperti itu.
**Pembahasan**
Peristiwa itu membuat Silvia merasa sangat malu. Ia merasa bahwa dirinya tidak pantas untuk bermain dengan anak-anak lain. Ia juga merasa bahwa dirinya tidak pantas untuk bersekolah.
Pada suatu hari, Silvia sedang duduk di bangku sekolah. Tiba-tiba, ia melihat seorang guru sedang berjalan menghampirinya.
"Silvia," kata guru itu. "Apa yang sedang kamu pikirkan?"
Silvia menatap guru itu dengan tatapan kosong. "Aku tidak apa-apa," jawabnya.
"Apakah kamu sedang memikirkan perkataan Adi?" tanya guru itu.
Silvia mengangguk. "Iya," jawabnya. "Aku merasa malu karena aku berasal dari keluarga miskin."
Guru itu tersenyum. "Silvia," katanya. "Kamu tidak perlu malu. Kamu adalah anak yang cerdas dan ceria. Kamu berhak untuk bersekolah dan bermain dengan anak-anak lain."
"Tapi, aku tidak pantas," kata Silvia. "Aku berasal dari keluarga miskin."
Guru itu menggelengkan kepalanya. "Tidak ada yang namanya anak miskin atau anak kaya," katanya. "Semua anak sama di mata Tuhan. Kamu berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak."