Cinta yang Tertinggal
OLeh:Â MugiarniÂ
Pagi itu, seperti biasa, aku bangun pukul 05.00 WIB untuk bersiap-siap berangkat kerja. Namun, kali ini rasanya berbeda. Ada perasaan yang mengganjal di dadaku. Aku merasa ada yang hilang.
Aku pun turun ke bawah untuk membuat kopi. Saat sedang menyiapkan kopi, aku melihat foto suamiku di dinding. Aku tersenyum memandangi fotonya. Suamiku, namanya Ilham, adalah pria yang paling aku cintai di dunia ini.
Kami menikah sudah sepuluh tahun dan memiliki dua orang anak, laki-laki dan perempuan. Ilham adalah sosok suami yang sempurna. Dia selalu sabar dan pengertian, baik kepadaku maupun kepada anak-anak kami.
Aku pun meminum kopiku sambil terus memandangi foto Ilham. Aku teringat kembali bagaimana kami pertama kali bertemu. Saat itu, aku sedang menghadiri sebuah acara kampus. Ilham adalah salah satu mahasiswa yang ikut serta dalam acara tersebut.
Aku langsung jatuh hati pada pandangan pertama. Ilham adalah pria yang tampan, pintar, dan memiliki kepribadian yang baik. Kami pun mulai berkencan dan akhirnya menikah.
Kehidupan kami pun bahagia. Kami selalu saling mencintai dan mendukung satu sama lain. Kami membangun keluarga yang harmonis dan bahagia.
Namun, kebahagiaan itu harus berakhir secara tragis. Dua tahun yang lalu, Ilham meninggal dunia dalam kecelakaan mobil. Aku masih ingat dengan jelas bagaimana aku menerima kabar tersebut.
Aku seperti orang yang kehilangan akal. Aku tidak percaya bahwa Ilham sudah tiada. Aku pun menangis sejadi-jadinya.