Namun, meskipun sudah berusaha bangkit, aku masih sering merasa sebagai istri yang tak sempurna. Aku merasa bahwa aku tidak bisa menggantikan Ilham di hati anak-anakku.
Aku sering melihat anak-anakku merindukan Ilham. Mereka sering bertanya tentang Ilham dan ingin tahu apa yang dilakukan Ilham di surga.
Aku pun merasa bersalah karena tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan kepada anak-anakku. Aku merasa bahwa aku tidak bisa menjadi ibu yang sempurna bagi mereka.
Suatu hari, aku sedang duduk di ruang keluarga bersama anak-anakku. Kami sedang menonton film bersama. Tiba-tiba, anak perempuanku bertanya kepadaku.
"Mama, apa Mama pernah menyesal menikah dengan Papa?" tanya anak perempuanku.
Aku terkejut mendengar pertanyaan anak perempuanku. Aku pun terdiam sejenak untuk mencari jawaban yang tepat.
"Mama tidak pernah menyesal menikah dengan Papa," jawabku akhirnya. "Papa adalah suami yang baik dan ayah yang hebat. Mama sangat mencintai Papa."
Anak perempuanku tersenyum mendengar jawabanku. Dia pun memelukku erat.
"Mama, Mama adalah ibu yang terbaik," kata anak perempuanku. "Mama tidak perlu menjadi sempurna. Mama hanya perlu menjadi Mama."
Kata-kata anak perempuanku membuatku terharu. Aku pun menyadari bahwa aku tidak perlu menjadi sempurna untuk menjadi ibu yang baik bagi anak-anakku.
Aku hanya perlu menjadi diri sendiri dan memberikan cinta terbaikku kepada mereka