Mohon tunggu...
Mugiarni Arni
Mugiarni Arni Mohon Tunggu... Guru - guru kelas

menulis cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Nara Bertanya

18 November 2023   08:29 Diperbarui: 18 November 2023   12:13 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar pixabay.com gratis 

Nara Bertanya

Oleh Mugiarni 

Nara adalah seorang gadis kecil berusia 10 tahun yang tinggal di sebuah desa di Jawa Tengah. Ia tinggal bersama ibunya, Bu Arni, dan ayahnya, Pak Rudi.

Suatu hari, Nara sedang bermain di halaman belakang rumahnya. Ia melihat sebuah pohon mengkudu yang sudah berbuah. Buahnya berwarna hijau kebiruan dan berbentuk seperti buah pir.

Nara belum pernah melihat buah mengkudu sebelumnya. Ia pun bertanya kepada ibunya, "Bu, buah itu apa?"

Bu Arni tersenyum. "Itu buah mengkudu, Nak," jawabnya.

"Buah mengkudu?" tanya Nara lagi. "Untuk apa, Bu?"

Bu Arni menjelaskan, "Buah mengkudu itu banyak manfaatnya, Nak. Buah mengkudu bisa digunakan untuk obat tradisional."

"Obat tradisional?" tanya Nara lagi. "Untuk apa saja, Bu?"

Bu Arni menjelaskan, "Buah mengkudu bisa digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit, seperti sakit kepala, demam, flu, dan batuk." Buah mengkudu juga bisa digunakan untuk mengobati penyakit kronis, seperti diabetes, hipertensi, dan kanker.

Nara mendengarkan penjelasan ibunya dengan saksama. Ia semakin penasaran dengan buah mengkudu.

"Bu, bagaimana cara mengonsumsi buah mengkudu?" tanya Nara.

Bu Arni menjelaskan, "Buah mengkudu bisa dikonsumsi langsung, dijus, atau diolah menjadi makanan atau minuman. Kalau dikonsumsi langsung, buah mengkudu rasanya pahit. Jadi, biasanya orang-orang suka mengolahnya menjadi jus atau makanan atau minuman."

Nara mengangguk-angguk. Ia ingin mencoba buah mengkudu.

"Bu, aku boleh coba makan buah mengkudu?" tanya Nara.

Bu Arni tersenyum. "Boleh, Nak," jawabnya.

Bu Arni mengambil beberapa buah mengkudu dan mencucinya bersih. Kemudian, ia membelah buah mengkudu dan memberikannya kepada Nara.

Nara mengambil satu buah mengkudu dan menggigitnya. Ia mengernyitkan hidungnya karena rasanya pahit. Namun, ia berusaha untuk memakannya.

"Bagaimana rasanya, Nak?" tanya Bu Arni.

"Pahit, Bu," jawab Nara.

Bu Arni tersenyum. "Iya, memang rasanya pahit," jawabnya. "Tapi, kalau sudah terbiasa, rasanya akan enak."

Nara terus berusaha untuk memakan buah mengkudu. Akhirnya, ia berhasil menghabiskan satu buah mengkudu.

"Aku sudah selesai makan, Bu," kata Nara.

Bu Arni tersenyum. "Bagus, Nak," jawabnya. "Sekarang, kamu sudah tahu manfaat buah mengkudu."

Nara mengangguk-angguk. Ia senang karena sudah tahu manfaat buah mengkudu.

"Bu, aku mau menanam buah mengkudu sendiri," kata Nara.

Bu Arni tersenyum. "Boleh, Nak," jawabnya. "Nanti, ibu akan beli bibitnya."

Nara senang sekali. Ia tidak sabar untuk menanam buah mengkudu sendiri.

**Beberapa bulan kemudian**

Nara sudah berhasil menanam buah mengkudu di halaman belakang rumahnya. Ia merawatnya dengan baik. Setiap hari, ia menyiraminya dan memberinya pupuk.

Nara senang sekali melihat buah mengkudunya tumbuh dengan subur. Ia tidak sabar untuk memetik buahnya dan memakannya.

**Suatu hari**

Nara sedang bermain di halaman belakang rumahnya. Ia melihat beberapa buah mengkudu sudah matang.

Nara mengambil beberapa buah mengkudu dan membawanya ke dalam rumah. Ia memberikannya kepada ibunya.

"Bu, aku sudah petik buah mengkudunya," kata Nara.

Bu Arni tersenyum. "Bagus, Nak," jawabnya.

Bu Arni mengambil beberapa buah mengkudu dan mencucinya bersih. Kemudian, ia memotongnya dan membuat jus buah mengkudu.

"Ini, Nak, jus buah mengkudunya," kata Bu Arni.

Nara mengambil segelas jus buah mengkudu dan meminumnya. Ia tersenyum karena rasanya enak.

"Bagus, Bu," kata Nara. "Jus buah mengkudunya enak."

Bu Arni tersenyum. "Iya, Nak," jawabnya. "Sekarang, kamu sudah bisa menikmati manfaat buah mengkudu."

Nara mengangguk-angguk. Ia senang karena sudah bisa merasakan manfaat buah mengkudu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun