Selang beberapa minggu kemudian, Nara dan ibunya pergi ke Jakarta untuk mengunjungi saudara mereka. Sesampainya di Jakarta, Arni langsung mencari penjual kerak telor.
"Ibu, mana penjual kerak telornya?" tanya Nara.
"Tenang, Ibu pasti nemu," jawab Arni.
Arni berjalan menyusuri jalan di Jakarta. Ia melihat banyak penjual makanan, termasuk penjual kerak telor. Arni akhirnya menemukan penjual kerak telor yang sedang ramai pembeli.
"Ibu, itu!" seru Nara. "Itu penjual kerak telornya!"
Arni menghampiri penjual kerak telor tersebut. Ia memesan dua porsi kerak telor.
"Nanti kalau sudah matang, Ibu panggil," kata Arni kepada penjual kerak telor.
Arni dan Nara duduk di sebuah bangku di dekat penjual kerak telor. Mereka menunggu dengan sabar hingga kerak telornya matang.
Tak lama kemudian, penjual kerak telor memanggil Arni. Arni pun membayar kerak telornya dan membawanya ke tempat Nara.
"Ini, Nara, kerak telornya," kata Arni sambil memberikan kerak telor kepada Nara.
Nara tersenyum senang. Ia segera mengambil sendok dan mulai memakan kerak telornya.