Tak lama kemudian, Bu Santi selesai memasak. Ia menyajikan perkedel kentang yang masih hangat di atas piring. Nara langsung mengambil sumpit dan mulai menyantapnya.
"Mmh, enak sekali, Bu," kata Nara sambil mengunyah perkedel kentang.
"Iya, kan ibu buatnya dengan cinta," jawab Bu Santi sambil terkekeh.
Nara dan Bu Santi pun makan bersama. Mereka menghabiskan perkedel kentang dalam waktu singkat.
"Bu, aku suka sekali perkedel kentang buatan ibu," kata Nara.
"Ibu juga senang Nara suka," jawab Bu Santi. "Nanti ibu buatkan lagi, ya."
"Ya, Bu," jawab Nara.
Nara lalu melanjutkan makan siangnya. Ia merasa sangat puas dan bahagia. Ia bersyukur memiliki ibu yang penyayang dan selalu membuatkan makanan yang lezat.
Pada hari-hari berikutnya, Nara selalu meminta Bu Santi untuk membuatkan perkedel kentang. Bu Santi pun dengan senang hati memenuhi permintaan Nara.
Nara dan Bu Santi selalu menghabiskan waktu bersama saat makan perkedel kentang. Mereka bercerita tentang hal-hal yang terjadi di sekolah atau di desa. Nara sangat menikmati waktu-waktu seperti itu.
Suatu hari, Nara pulang sekolah dengan perasaan sedih. Ia baru saja mendengar kabar bahwa ayahnya harus pergi ke luar kota selama seminggu untuk urusan pekerjaan.