Nara memejamkan matanya dan menikmati rasa sup itu. Dia membayangkan Bapak nya sedang tersenyum di hadapannya.
"Sup jagung ini rasanya sangat enak, Pak," kata Nara dalam hati. "Terima kasih telah membuatkannya untukku."
Nara membuka matanya dan kembali memandangi mangkok sup jagung itu. Dia tersenyum, dan hatinya terasa sedikit lebih lega.
"Aku akan selalu merindukanmu, Pak," kata Nara. "Tapi aku akan selalu mengingatmu, dan aku akan selalu menghargai sup jagung buatanmu."
Nara menghabiskan sup jagung itu, dan kemudian dia membersihkan meja makan. Dia berdiri dan berjalan ke jendela. Dia memandangi langit yang cerah, dan dia berharap bahwa Bapak nya sedang melihatnya dari sana.
"Aku akan terus menulis, Pak," kata Nara"Aku akan membuatmu bangga."
Nara melangkah pergi, dan dia meninggalkan mangkok sup jagung itu di meja makan. Dia tahu bahwa dia akan selalu menyimpan kenangan tentang sup jagung buatan Bapak nya di dalam hatinya.
***
Hari-hari berlalu, dan Nara mulai bisa menerima kepergian Bapak nya. Dia masih sering memimpikan Bapak nya, tetapi dia tidak lagi merasa sedih. Dia merasa bahwa Bapak nya selalu ada di dalam hatinya, dan dia selalu mendukungnya.
Suatu hari, Nara sedang menulis di mejanya. Dia sedang mengerjakan novel terbarunya, dan dia merasa sangat terinspirasi. Dia merasa bahwa Bapak nya sedang membantunya dalam menulis novel itu.
Nara menulis dengan penuh semangat. Dia menulis selama berjam-jam, dan dia tidak merasa lelah. Dia merasa bahwa dia sedang menulis sesuatu yang sangat penting.