Cerpen: Rindu Mendoan Purwokerto
Oleh: MugiarniÂ
Pagi itu, matahari bersinar cerah di langit Purwokerto. Udaranya sejuk dan segar, membuat orang-orang betah untuk berlama-lama di luar rumah.
Di sebuah gang kecil di pusat kota, tampak seorang wanita muda sedang mengantri di depan sebuah warung kecil. Warung itu menjual tempe mendoan, makanan khas Purwokerto yang sangat populer.
Wanita itu bernama Ajeng. Dia sedang kuliah di salah satu universitas di Purwokerto. Ajeng sudah lama mengantri, tapi dia tidak bosan. Dia sangat ingin mencicipi tempe mendoan yang terkenal itu.
Akhirnya, setelah menunggu selama setengah jam, giliran Ajeng tiba. Dia memesan dua porsi tempe mendoan. Penjualnya, seorang ibu-ibu paruh baya, dengan sigap menyiapkan pesanan Ajeng.
Tempe mendoan disajikan dalam piring kecil. Mendoannya berwarna kuning keemasan dan masih panas. Aromanya sangat menggoda. Ajeng segera mencicipinya.
Tempe mendoan itu terasa sangat renyah di luar dan lembut di dalam. Rasanya gurih dan sedikit manis. Ajeng sangat menikmatinya.
"Bu, tempe mendoannya enak sekali," kata Ajeng kepada penjualnya.
"Iya, kan? Tempe mendoan saya selalu hangat," jawab penjualnya. "Saya suka menyajikannya dalam keadaan hangat agar rasanya lebih enak."